
Sudah sejak dahulu, budidaya jahe dikenal memiliki banyak manfaat. Biasanya, tanaman jahe banyak di gunakan untuk memasak, membuat minuman, jamu ataupun asinan. Pasar untuk rimpang jahe pun masih terbuka sangat luas, baik pasar domestic lokal hingga internasional. Contohnya saja, hasil budidaya dari kebun Negara kita sudah mampu menembus pasar jepang.
Dimana warga jepang bukan hanya menggemari jahe dalam bentuk rimpang saja, akan tetapi warga nya juga amat menggemari rebung batang dari hasil budidaya jahe milik kita. Biasanya di manfaatkan untuk membuat asinan dan olahan makanan lainnya. akibatnya permintaan stok jahe terus meningkat dari tahun ke tahun.
Setelah adanya inovasi dan di perkenalkan cara-cara budidaya yang lebih maju, budidaya dari bibit jahe makin menunjukan perkembangan secara intensif. Inovasi yang dilakukan diantaranya dengan memberikan bibit jahe yang mempunyai daya hasil tinggi dengan ketahanan terhadap penyakit seperti hama yang lebih baik, pemberian pupuk buatan (anorganik) juga mempengaruhi.
Mengatasi masalah dalam pemupukan budidaya jahe
Akan tetapi pemakaian pupuk buatan (anorganik) dapat menimbulkan masalah baru. Diantaranya diketahui bahwa penggunaan pupuk buatan secara terus-menerus akan mengakibatkan penurunan kesuburan tanah juga makin mengerasnya lahan dan berbagai dampak serius lainnya. akibatnya, produktivitas panen tanaman jahe tidak bisa bertahap pada kisaran angka yang tinggi.
Mengatasi masalah yang muncul tersebut perlu ditemukan adanya cara dan teknologi pemupukan yang mampu menjawab persoalan-persoalan yang timbul tersebut. Kehadiran pupuk hayati yang ramah lingkungan sangat dibutuhkan oleh para petani, baik petani yang membudidaya jahe merah maupun petani yang membudidaya jahe gajah.
Kini telah hadir inovasi pemupukan yang ramah lingkungan tanpa mencemari alam sekitar. Bukan hanya itu bahkan inovasi dari temuan pupuk ini mampu pula memperbaiki lahan-lahan yang rusak. Memperbaiki tanah yang sudah mengeras, sehingga berangsur-angsur mampu kembali menjadi gembur. Memberikan semua jenis unsur makro dan mikro lengkap bagi tanaman dan meningkatkan kesuburan biologis. Pupuk ini sudah dapat ditemukan pada distributor-distributor pupuk organik.
Apabila pembaca kesulitan menemukan distributor pupuk organik, maka bisa di coba membuat pupuk organic sendiri. Pupuk dapat berupa pupuk padat dan pupuk cair. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat di ikuti.
Pupuk Cair
Untuk pupuk cair, dapat digunakan pupuk hasil fermentasi urin kelinci berikut adalah tahapan-tahapannya :
Urin Kelinci sebanyak 10 liter
· Starter bakteri EM4 sebanyak 0,5 % /liter urin (5 ml/liter urine) Jadi untuk 10 liter urin kelinci harus menyediakan sebanyak 10 X 5 ml larutan EM4 = 50 ml EM4.
· Larutan gula pekat sebanyak 1 % / liter urin (10 ml/liter urine), jadi untuk bahan urin sebanyak 10 liter anda harus menyediakan 10 X 10 ml = 100 ml laurtan gula pekat. Anda bisa menggantikan larutan gula pekat dengan molase (dosis sama).
Peralatan :
Drum plastik bertutup
· Gelas ukur
· Alat Pengaduk
Cara pembuatan :
- Masukkan 1 Sendok makan gula pasir kedalam gelas berisi sedikit air dan diaduk. Jika gula masih terlarut kita tambahkan lagi sambil terus diaduk, hingga diperoleh larutan air gula yang pekat.
- Urin kelinci ditempatkan dalam drum plastik
- Masukkan Starter bakteri EM4 sebanyak 50 ml ke dalam urine, dan aduk rata.
- Tambahkan larutan gula pekat sebanyak 100 ml sambil diaduk
- Drum ditutup rapat dan dibiarkan selama 3 minggu agar terjadi proses fermentasi dan degredasi urine sehingga bau urine akan hilang.
- Setiap 1 minggu sekali Urine diaduk.
- Setelah 3 minggu Pupuk urine cair yang kaya akan unsur N,P,K ini siap untuk digunakan (ditandai dengan tidak adanya bau).
Cara Penggunaan :
Pupuk urin diencerkan dengan menambahkan air, perbandingan 1 bagian pupuk urin : 1 bagian air, kemudian semprotkan pada daun tanaman. Untuk tanaman hias pengenceran dapat dilakukan dengan perbandingan 1 bagian pupuk urine : 10 bagian air.
Pupuk Padat
Sedangkan untuk pupuk dalam jumlah padat dapat membuat pupuk kascing atau bekas cacing :
Persiapan Bahan :
– Kumbung (kandang)
– Cacing
– Alat Penyiram (Gembor)
– Kotoran sapi
Langkah persiapan
Buat kandang berbentuk rumah dengan atap genting atau atap yang tidak membuat ruangan menjadi panas, dinding bisa dari anyaman bambu atau tembok. Jika menggunakanbambu anyaman maka sebaiknya dinding dibagian bawah tetap tembok atau batako setinggi kira2 1 meter baru diatasnya pakai anyaman bambu. Lantai di plester dengan semen yang halus, agar cacing tidak keluar dari kandang atau tempat yang kita sediakan.
Proses Produksi
Taruh kotoran sapi yang sudah di angin-anginkan sekitar 1 minggu, taruh didalam kandang ratakan setinggi 10 cm, tabur cacing diatasnya. Setelah 3 hari (sesuai jumlah cacing) akan menjadi vermikompos yang yang lembut serta berubah warna sehingga sudah dapat dipanen. Apabila belum akan dipanen dapat ditambahkan kembali kotoran sapi seperti diawal dan seterusnya. Kotoran sapi yang dibutuhkan setiap hari seberat cacing yang di tanamkan, karena cacing akan makan sebanyak berat badannya setiap hari. Sehingga jika kotoran sapi diberikan per tiga hari, maka jumlahnya harus 3 kali berat cacing. Perlu diperhitungkan pula bahwa cacing berkembang biak dengan cepat, cacing sebanyak 100 ekor dapat berkembang biak menjadi 100.000 cacing pertahun.
Pemanenan Kascing
Pada siang hari cacing akan banyak bersembunyi dan tidak dipermukaan, karena cacing tidak tahan dengan sinar atau terang. Sehingga pemanenan bisa dilakukan tidak harus dengan mengayak.
Perlu diperhatikan :
Cacing butuh kelembaban, sehingga perlu di siram dengan air secukupnya apalagi dimusim panas. Sehingga agar tidak sampai kekeringan yang dapat beresiko mematikan cacing, maka harus dilakukan penyiraman.