Indonesia memiliki sejarah panjang dalam dunia sastra, dan salah satu periode yang paling berpengaruh adalah Angkatan ’66. Angkatan ’66 adalah gerakan sastra yang muncul pada tahun 1966 dan berlangsung hingga awal 1970-an. Gerakan ini merupakan reaksi terhadap keadaan politik dan sosial saat itu, serta mencerminkan semangat perubahan yang melanda bangsa Indonesia.
Latar Belakang Angkatan ’66
Pada tahun 1966, Indonesia sedang mengalami situasi politik yang kacau setelah jatuhnya Presiden Soekarno dan berkuasanya Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto. Banyak sastrawan pada saat itu merasa terkekang oleh pemerintah dan banyak karya sastra yang dianggap kontroversial dilarang dipublikasikan.
Angkatan ’66 lahir sebagai bentuk perlawanan terhadap pembatasan tersebut. Sastrawan-sastrawan muda pada saat itu merasa perlu untuk mengungkapkan pemikiran dan perasaan mereka melalui karya sastra, meskipun harus melawan tekanan politik dan sosial.
Pengaruh dan Karya Sastra
Angkatan ’66 memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan sastra Indonesia. Gerakan ini menghidupkan kembali semangat kritis dalam karya sastra, dengan lebih banyak mengeksplorasi isu-isu sosial dan politik yang ada pada masa itu. Karya-karya sastra Angkatan ’66 juga sering kali lebih terbuka dalam mengkritik pemerintah dan mengungkapkan ketidakpuasan terhadap ketidakadilan sosial.
Beberapa karya sastra yang terkenal dari Angkatan ’66 antara lain adalah novel “Buru Quartet” karya Pramoedya Ananta Toer, yang menceritakan tentang perjuangan rakyat Indonesia di masa kolonial Belanda. Selain itu, ada juga puisi-puisi kritis dari penyair seperti W.S. Rendra dan Taufiq Ismail, yang menggambarkan keadaan sosial-politik yang sulit pada saat itu.
Peran Perempuan dalam Angkatan ’66
Tidak hanya didominasi oleh para sastrawan pria, Angkatan ’66 juga melibatkan peran aktif dari para sastrawati. Beberapa nama seperti Sapardi Djoko Damono, Siti Rukiah Kertapati, dan Dorothea Rosa Herliany menjadi sorotan dalam gerakan ini. Karya-karya mereka menyoroti isu-isu gender dan peran perempuan dalam masyarakat, serta menjadi suara bagi kaum perempuan yang sering kali terpinggirkan.
Pengaruh Jangka Panjang
Angkatan ’66 tidak hanya berpengaruh pada masanya, tetapi juga memiliki dampak jangka panjang terhadap perkembangan sastra Indonesia. Gerakan ini membuka jalan bagi kebebasan berekspresi dalam karya sastra, dan memberikan inspirasi bagi generasi sastrawan berikutnya.
Periode Angkatan ’66 juga menjadi pemicu bagi munculnya gerakan-gerakan sastra lainnya, seperti Angkatan ’70 dan Angkatan ’80, yang terus mengembangkan tradisi kritis dalam karya sastra Indonesia.
Kesimpulan
Angkatan ’66 adalah gerakan sastra yang penting dalam sejarah Indonesia. Melalui karya-karya mereka, para sastrawan Angkatan ’66 berhasil mengungkapkan kritik dan aspirasi mereka terhadap situasi politik dan sosial pada masa itu. Pengaruh gerakan ini masih terasa hingga saat ini, dan menjadi bagian tak terpisahkan dari perkembangan sastra Indonesia.