Dalam sebuah karya sastra, latar merupakan salah satu unsur intrinsik yang memegang peranan penting. Latar tidak hanya berfungsi sebagai tempat terjadinya peristiwa, tetapi juga dapat menjadi pendukung suasana dan membangun karakteristik tokoh. Dalam novel sejarah, latar memegang peranan yang lebih krusial karena berkaitan dengan peristiwa-peristiwa penting yang pernah terjadi pada masa lampau.
Ketika membaca sebuah novel sejarah, pembaca tidak hanya akan disuguhkan dengan kisah-kisah heroik, tetapi juga akan diajak untuk menyelami suasana dan kondisi kehidupan pada masa lampau. Latar dalam novel sejarah dapat berupa suatu negara, kota, pedesaan, atau bahkan sebuah bangunan bersejarah. Pemilihan latar yang tepat akan membuat pembaca merasa seolah-olah mereka benar-benar berada di tempat dan waktu yang sama dengan tokoh-tokoh dalam novel.
Untuk mengetahui latar dalam sebuah kutipan novel sejarah, pembaca dapat memperhatikan beberapa hal berikut:
di manakah latar dalam kutipan novel sejarah tersebut dibuat
Berikut adalah 5 poin penting tentang “di manakah latar dalam kutipan novel sejarah tersebut dibuat”:
- Perhatikan nama tempat
- Perhatikan deskripsi suasana
- Perhatikan adat istiadat
- Perhatikan bahasa yang digunakan
- Perhatikan tahun atau periode waktu
Dengan memperhatikan kelima hal tersebut, pembaca dapat mengetahui latar dalam sebuah kutipan novel sejarah dengan lebih mudah dan akurat.
Perhatikan nama tempat
Salah satu cara untuk mengetahui latar dalam kutipan novel sejarah adalah dengan memperhatikan nama tempat yang disebutkan. Nama tempat dapat berupa nama negara, kota, desa, gunung, sungai, dan sebagainya. Misalnya, jika dalam kutipan novel sejarah disebutkan nama tempat “Jakarta”, maka dapat dipastikan bahwa latar novel tersebut berada di kota Jakarta.
Selain nama tempat yang spesifik, penulis novel sejarah juga sering menggunakan nama tempat yang bersifat umum, seperti “sebuah desa kecil”, “sebuah kota besar”, atau “sebuah kerajaan”. Dalam kasus seperti ini, pembaca dapat menggunakan imajinasi mereka untuk membayangkan seperti apa latar novel tersebut.
Namun, perlu diingat bahwa tidak semua nama tempat dalam novel sejarah adalah nyata. Penulis novel sejarah seringkali menggunakan nama tempat fiktif untuk menciptakan suasana dan karakteristik tokoh yang lebih kuat. Misalnya, dalam novel sejarah “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata, latar novel tersebut berada di sebuah desa fiktif bernama Gantong.
Oleh karena itu, pembaca harus membaca novel sejarah dengan seksama untuk mengetahui apakah nama tempat yang disebutkan dalam novel tersebut nyata atau fiktif. Jika nama tempat tersebut nyata, maka pembaca dapat mencari informasi lebih lanjut tentang tempat tersebut untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang latar novel.
Dengan memperhatikan nama tempat yang disebutkan dalam novel sejarah, pembaca dapat mengetahui latar novel tersebut dengan lebih mudah dan akurat.
Perhatikan deskripsi suasana
Selain memperhatikan nama tempat, pembaca juga dapat mengetahui latar dalam kutipan novel sejarah dengan memperhatikan deskripsi suasana yang terdapat dalam novel tersebut.
- Suasana alam
Penulis novel sejarah seringkali menggambarkan suasana alam di sekitar latar novel untuk menciptakan suasana dan karakteristik tokoh yang lebih kuat. Misalnya, dalam novel sejarah “Ronggeng Dukuh Paruk” karya Ahmad Tohari, penulis menggambarkan suasana alam pedesaan Jawa yang asri dan damai.
- Suasana sosial
Penulis novel sejarah juga seringkali menggambarkan suasana sosial di sekitar latar novel untuk menggambarkan kondisi kehidupan masyarakat pada masa lampau. Misalnya, dalam novel sejarah “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata, penulis menggambarkan suasana sosial masyarakat Belitung yang sederhana dan penuh dengan keterbatasan.
- Suasana politik
Dalam novel sejarah yang bertemakan politik, penulis seringkali menggambarkan suasana politik di sekitar latar novel untuk menggambarkan situasi dan kondisi pemerintahan pada masa lampau. Misalnya, dalam novel sejarah “G30S/PKI” karya Pramoedya Ananta Toer, penulis menggambarkan suasana politik Indonesia yang penuh dengan pergolakan dan ketidakstabilan.
- Suasana budaya
Penulis novel sejarah juga seringkali menggambarkan suasana budaya di sekitar latar novel untuk menggambarkan adat istiadat dan kebiasaan masyarakat pada masa lampau. Misalnya, dalam novel sejarah “Tenggelamnya Kapal van der Wijck” karya Hamka, penulis menggambarkan suasana budaya masyarakat Minangkabau yang kental dengan adat dan tradisi.
Dengan memperhatikan deskripsi suasana yang terdapat dalam novel sejarah, pembaca dapat mengetahui latar novel tersebut dengan lebih mudah dan akurat.
Perhatikan adat istiadat
Selain memperhatikan nama tempat dan deskripsi suasana, pembaca juga dapat mengetahui latar dalam kutipan novel sejarah dengan memperhatikan adat istiadat yang terdapat dalam novel tersebut.
- Adat istiadat pernikahan
Dalam novel sejarah, penulis seringkali menggambarkan adat istiadat pernikahan masyarakat pada masa lampau. Misalnya, dalam novel sejarah “Ronggeng Dukuh Paruk” karya Ahmad Tohari, penulis menggambarkan adat istiadat pernikahan masyarakat Jawa yang sarat dengan ritual dan upacara.
- Adat istiadat kematian
Penulis novel sejarah juga seringkali menggambarkan adat istiadat kematian masyarakat pada masa lampau. Misalnya, dalam novel sejarah “Tenggelamnya Kapal van der Wijck” karya Hamka, penulis menggambarkan adat istiadat kematian masyarakat Minangkabau yang sarat dengan tangisan dan ratapan.
- Adat istiadat kelahiran
Dalam novel sejarah, penulis juga seringkali menggambarkan adat istiadat kelahiran masyarakat pada masa lampau. Misalnya, dalam novel sejarah “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata, penulis menggambarkan adat istiadat kelahiran masyarakat Belitung yang sederhana dan penuh dengan doa.
- Adat istiadat keagamaan
Dalam novel sejarah, penulis juga seringkali menggambarkan adat istiadat keagamaan masyarakat pada masa lampau. Misalnya, dalam novel sejarah “G30S/PKI” karya Pramoedya Ananta Toer, penulis menggambarkan adat istiadat keagamaan masyarakat Indonesia yang beragam dan penuh dengan toleransi.
Dengan memperhatikan adat istiadat yang terdapat dalam novel sejarah, pembaca dapat mengetahui latar novel tersebut dengan lebih mudah dan akurat.
Perhatikan bahasa yang digunakan
Bahasa yang digunakan dalam novel sejarah juga dapat menjadi petunjuk untuk mengetahui latar novel tersebut. Misalnya, jika dalam novel sejarah tersebut digunakan bahasa Jawa, maka dapat dipastikan bahwa latar novel tersebut berada di Jawa.
Selain bahasa daerah, penulis novel sejarah juga seringkali menggunakan bahasa asing untuk menggambarkan latar novel tersebut. Misalnya, dalam novel sejarah “G30S/PKI” karya Pramoedya Ananta Toer, penulis menggunakan bahasa Belanda untuk menggambarkan suasana dan kondisi pemerintahan Indonesia pada masa penjajahan Belanda.
Penulis novel sejarah juga seringkali menggunakan bahasa arkaik atau bahasa kuno untuk menggambarkan latar novel tersebut. Misalnya, dalam novel sejarah “Tenggelamnya Kapal van der Wijck” karya Hamka, penulis menggunakan bahasa Melayu klasik untuk menggambarkan suasana dan kondisi masyarakat Minangkabau pada masa lampau.
Selain memperhatikan bahasa yang digunakan secara keseluruhan, pembaca juga dapat memperhatikan penggunaan kata-kata tertentu yang khas dengan suatu daerah atau masa tertentu. Misalnya, dalam novel sejarah “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata, penulis menggunakan kata-kata seperti “cempreng”, “nyinyir”, dan “belepotan” yang khas dengan bahasa daerah Belitung.
Dengan memperhatikan bahasa yang digunakan dalam novel sejarah, pembaca dapat mengetahui latar novel tersebut dengan lebih mudah dan akurat.
Perhatikan tahun atau periode waktu
Tahun atau periode waktu yang diceritakan dalam novel sejarah juga dapat menjadi petunjuk untuk mengetahui latar novel tersebut. Misalnya, jika dalam novel sejarah tersebut diceritakan tentang peristiwa Perang Dunia II, maka dapat dipastikan bahwa latar novel tersebut berada pada tahun 1939-1945.
Selain tahun atau periode waktu secara spesifik, penulis novel sejarah juga seringkali menggunakan kata-kata yang menunjukkan suatu masa tertentu. Misalnya, dalam novel sejarah “Ronggeng Dukuh Paruk” karya Ahmad Tohari, penulis menggunakan kata-kata seperti “jaman Jepang”, “jaman Belanda”, dan “jaman kemerdekaan” untuk menggambarkan latar waktu novel tersebut.
Penulis novel sejarah juga seringkali menggunakan peristiwa-peristiwa bersejarah sebagai latar belakang cerita. Misalnya, dalam novel sejarah “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata, penulis menggunakan peristiwa jatuhnya Soeharto sebagai latar belakang cerita.
Dengan memperhatikan tahun atau periode waktu yang diceritakan dalam novel sejarah, pembaca dapat mengetahui latar novel tersebut dengan lebih mudah dan akurat.
Conclusion
Untuk mengetahui latar dalam sebuah kutipan novel sejarah, pembaca dapat memperhatikan beberapa hal, yaitu nama tempat, deskripsi suasana, adat istiadat, bahasa yang digunakan, dan tahun atau periode waktu yang diceritakan. Dengan memperhatikan kelima hal tersebut, pembaca dapat mengetahui latar novel sejarah tersebut dengan lebih mudah dan akurat.
Latar dalam novel sejarah tidak hanya berfungsi sebagai tempat terjadinya peristiwa, tetapi juga dapat menjadi pendukung suasana dan membangun karakteristik tokoh. Selain itu, latar dalam novel sejarah juga dapat menjadi media untuk menyampaikan pesan moral dan sejarah kepada pembaca.
Oleh karena itu, penting bagi pembaca untuk memahami latar dalam sebuah novel sejarah agar dapat menikmati dan memahami cerita dengan lebih baik.