Kaidah Kebahasaan Novel Sejarah


Kaidah Kebahasaan Novel Sejarah


Novel sejarah adalah salah satu genre sastra yang banyak diminati pembaca. Novel jenis ini menyajikan cerita yang berlatar belakang sejarah, baik fiksi maupun non-fiksi. Untuk menulis novel sejarah yang baik, penulis harus memperhatikan kaidah-kaidah kebahasaan yang berlaku, baik dari segi tata bahasa, kosa kata, maupun gaya bahasa.

Tata bahasa dalam novel sejarah harus mengikuti kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ini berarti penulis harus menggunakan kalimat yang jelas, ringkas, dan efektif. Kosa kata yang digunakan juga harus sesuai dengan latar belakang sejarah cerita. Penulis harus menghindari menggunakan kata-kata modern atau tidak umum pada zaman yang diceritakan dalam novel tersebut.

Gaya bahasa dalam novel sejarah harus disesuaikan dengan tema dan latar belakang cerita. Jika cerita berlatar belakang sejarah kuno, maka gaya bahasa yang digunakan harus formal dan klasik. Jika cerita berlatar belakang sejarah modern, maka gaya bahasa yang digunakan bisa lebih santai dan informal.

Kaidah Kebahasaan Novel Sejarah

Berikut adalah 5 kaidah kebahasaan penting dalam novel sejarah:

  • Tata bahasa baku
  • Kosa kata sesuai latar
  • Gaya bahasa disesuaikan
  • Dialog sesuai karakter
  • Narasi mengalir lancar

Dengan memperhatikan kaidah-kaidah kebahasaan ini, penulis dapat menciptakan novel sejarah yang menarik dan berkualitas.

Tata Bahasa Baku

Tata bahasa baku adalah kaidah-kaidah bahasa yang disepakati dan digunakan secara resmi dalam suatu masyarakat bahasa. Dalam novel sejarah, tata bahasa baku sangat penting untuk menciptakan kesan yang meyakinkan dan profesional.

  • Penggunaan EYD

    Penulis novel sejarah harus menggunakan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) secara konsisten. Ini berarti penulis harus memperhatikan penggunaan huruf kapital, tanda baca, dan penulisan kata yang benar.

  • Kalimat yang Jelas dan Efektif

    Kalimat dalam novel sejarah harus jelas dan efektif. Artinya, kalimat tersebut harus mudah dipahami dan tidak bertele-tele. Penulis harus menghindari penggunaan kalimat yang terlalu panjang atau rumit.

  • Pilihan Kata yang Tepat

    Penulis novel sejarah harus memilih kata-kata yang tepat untuk menyampaikan maksud dan suasana cerita. Penulis harus menghindari penggunaan kata-kata yang tidak umum atau tidak sesuai dengan latar belakang sejarah cerita.

  • Konsistensi Bahasa

    Penulis novel sejarah harus menjaga konsistensi bahasa yang digunakan. Artinya, penulis harus menggunakan gaya bahasa yang sama sepanjang cerita. Penulis tidak boleh tiba-tiba mengubah gaya bahasa di tengah cerita.

Dengan memperhatikan kaidah-kaidah tata bahasa baku, penulis dapat menciptakan novel sejarah yang bahasanya enak dibaca dan mudah dipahami.

Kosa Kata Sesuai Latar

Kosa kata yang digunakan dalam novel sejarah harus sesuai dengan latar belakang sejarah cerita. Artinya, penulis harus menggunakan kata-kata yang umum digunakan pada zaman yang diceritakan dalam novel tersebut. Penulis harus menghindari penggunaan kata-kata modern atau tidak umum pada zaman tersebut.

Misalnya, jika novel sejarah berlatar belakang kerajaan Majapahit, maka penulis harus menggunakan kata-kata yang umum digunakan pada zaman Majapahit. Penulis tidak boleh menggunakan kata-kata modern seperti “internet”, “komputer”, atau “handphone”.

Selain itu, penulis juga harus memperhatikan penggunaan kata-kata yang sesuai dengan status sosial dan pendidikan tokoh-tokoh dalam cerita. Misalnya, tokoh yang berstatus sosial tinggi biasanya menggunakan bahasa yang lebih formal dan baku, sedangkan tokoh yang berstatus sosial rendah biasanya menggunakan bahasa yang lebih informal dan colloquial.

Tidak hanya latar belakang sejarah, penulis novel sejarah juga harus memperhatikan latar belakang budaya tokoh-tokoh dalam cerita. Penulis harus menggunakan kata-kata yang sesuai dengan budaya tokoh-tokoh tersebut. Misalnya, jika tokoh dalam cerita berasal dari daerah Jawa, maka penulis harus menggunakan kata-kata yang umum digunakan di Jawa.

Dengan memperhatikan penggunaan kosa kata yang sesuai latar, penulis dapat menciptakan novel sejarah yang terasa lebih nyata dan hidup.

Gaya Bahasa Disesuaikan

Gaya bahasa dalam novel sejarah harus disesuaikan dengan tema dan latar belakang cerita. Jika cerita berlatar belakang sejarah kuno, maka gaya bahasa yang digunakan harus formal dan klasik. Jika cerita berlatar belakang sejarah modern, maka gaya bahasa yang digunakan bisa lebih santai dan informal.

  • Gaya Bahasa Formal

    Gaya bahasa formal biasanya digunakan dalam novel sejarah yang berlatar belakang sejarah kuno atau kerajaan. Gaya bahasa formal menggunakan kalimat-kalimat yang panjang dan kompleks, serta pilihan kata yang baku dan resmi.

  • Gaya Bahasa Informal

    Gaya bahasa informal biasanya digunakan dalam novel sejarah yang berlatar belakang sejarah modern atau kehidupan sehari-hari. Gaya bahasa informal menggunakan kalimat-kalimat yang pendek dan sederhana, serta pilihan kata yang lebih santai dan colloquial.

  • Gaya Bahasa Puitis

    Gaya bahasa puitis biasanya digunakan dalam novel sejarah yang ingin menyampaikan pesan atau kesan tertentu kepada pembaca. Gaya bahasa puitis menggunakan kalimat-kalimat yang indah dan giĆ u makna, serta pilihan kata yang konotatif dan imajinatif.

  • Gaya Bahasa Deskriptif

    Gaya bahasa deskriptif biasanya digunakan dalam novel sejarah untuk menggambarkan suasana atau latar tempat cerita. Gaya bahasa deskriptif menggunakan kalimat-kalimat yang panjang dan rinci, serta pilihan kata yang tepat dan jelas.

Dengan menyesuaikan gaya bahasa dengan tema dan latar belakang cerita, penulis dapat menciptakan novel sejarah yang lebih menarik dan berkesan.

Dialog Sesuai Karakter

Dialog dalam novel sejarah harus sesuai dengan karakter tokoh-tokoh yang mengucapkannya. Artinya, penulis harus memperhatikan latar belakang, status sosial, pendidikan, dan kepribadian tokoh-tokoh tersebut ketika menulis dialog.

Misalnya, tokoh yang berstatus sosial tinggi biasanya menggunakan bahasa yang lebih formal dan baku, sedangkan tokoh yang berstatus sosial rendah biasanya menggunakan bahasa yang lebih informal dan colloquial. Tokoh yang berpendidikan tinggi biasanya menggunakan bahasa yang lebih kompleks dan berbobot, sedangkan tokoh yang berpendidikan rendah biasanya menggunakan bahasa yang lebih sederhana dan mudah dipahami.

Selain itu, penulis juga harus memperhatikan karakter dan kepribadian tokoh-tokoh dalam cerita ketika menulis dialog. Misalnya, tokoh yang periang dan ekstrovert biasanya menggunakan bahasa yang lebih ekspresif dan hidup, sedangkan tokoh yang pendiam dan introvert biasanya menggunakan bahasa yang lebih singkat dan padat.

Dengan memperhatikan kesesuaian dialog dengan karakter tokoh-tokoh dalam cerita, penulis dapat menciptakan novel sejarah yang lebih hidup dan realistis.

Narasi Mengalir Lancar

Narasi dalam novel sejarah harus mengalir lancar dan tidak terputus-putus. Artinya, penulis harus menyusun cerita dengan baik sehingga pembaca dapat mengikuti alur cerita dengan mudah dan tanpa kebingungan.

  • Penggunaan Kalimat yang Variatif

    Penulis harus menggunakan kalimat yang variatif, baik dari segi panjang maupun strukturnya. Ini akan membuat narasi lebih hidup dan menarik. Penulis tidak boleh menggunakan kalimat yang monoton dan berulang-ulang.

  • Penggunaan Kata Penghubung

    Penulis harus menggunakan kata penghubung untuk menghubungkan kalimat-kalimat dan paragraf-paragraf dalam narasi. Kata penghubung akan membuat narasi menjadi lebih koheren dan mudah dipahami.

  • Penggunaan Alur yang Jelas

    Penulis harus menyusun alur cerita dengan jelas dan tidak bertele-tele. Alur cerita harus mengalir secara logis dan tidak membingungkan pembaca.

  • Penggunaan Sudut Pandang yang Konsisten

    Penulis harus menggunakan sudut pandang yang konsisten sepanjang cerita. Penulis tidak boleh tiba-tiba mengubah sudut pandang di tengah cerita, karena ini akan membuat pembaca bingung.

Dengan memperhatikan kaidah-kaidah narasi yang mengalir lancar, penulis dapat menciptakan novel sejarah yang enak dibaca dan mudah dipahami.

Kesimpulan

Dalam menulis novel sejarah, penulis harus memperhatikan kaidah-kaidah kebahasaan yang berlaku, baik dari segi tata bahasa, kosa kata, gaya bahasa, maupun narasi. Tata bahasa yang baku dan penggunaan kosa kata yang tepat akan membuat novel sejarah terasa lebih meyakinkan dan profesional. Gaya bahasa yang disesuaikan dengan tema dan latar belakang cerita akan membuat novel sejarah lebih menarik dan berkesan. Dialog yang sesuai dengan karakter tokoh-tokoh dalam cerita akan membuat novel sejarah lebih hidup dan realistis. Narasi yang mengalir lancar dan tidak terputus-putus akan membuat novel sejarah enak dibaca dan mudah dipahami.

Dengan memperhatikan semua kaidah kebahasaan tersebut, penulis dapat menciptakan novel sejarah yang berkualitas dan diminati oleh pembaca.