Frasa adalah susunan kata yang membentuk satu kesatuan makna. Frasa dapat berupa dua kata atau lebih, dan dapat berfungsi sebagai subjek, objek, atau pelengkap kalimat. Frasa dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu frasa endosentrik dan frasa eksosentrik.
Frasa endosentrik adalah frasa yang memiliki inti atau head kata. Inti kata adalah kata yang paling penting dalam frasa dan menentukan makna frasa tersebut. Contoh frasa endosentrik adalah “buku pelajaran” dan “rumah sakit”. Inti kata pada frasa “buku pelajaran” adalah “buku”, sedangkan inti kata pada frasa “rumah sakit” adalah “rumah”.
Sekarang setelah kita memahami apa itu frasa dan jenis-jenisnya, mari kita pelajari lebih lanjut tentang frasa di bagian utama artikel ini.
apa itu frasa
Frasa adalah susunan kata yang membentuk satu kesatuan makna dan memiliki fungsi tertentu dalam kalimat.
- Gabungan kata
- Memiliki makna
- Dapat berupa 2 kata atau lebih
- Memiliki fungsi dalam kalimat
- Jenis: endosentrik dan eksosentrik
Frasa dapat berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap, atau keterangan dalam kalimat.
Gabungan kata
Frasa adalah gabungan kata yang membentuk satu kesatuan makna. Kata-kata dalam frasa saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan begitu saja tanpa mengubah makna frasa tersebut.
Frasa dapat terdiri dari dua kata atau lebih. Misalnya, frasa “buku pelajaran” terdiri dari dua kata, yaitu “buku” dan “pelajaran”. Kedua kata tersebut saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan begitu saja tanpa mengubah makna frasa tersebut. Jika kita pisahkan menjadi “buku” dan “pelajaran”, maka makna frasa tersebut akan berubah.
Frasa dapat berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap, atau keterangan dalam kalimat. Misalnya, dalam kalimat “Siswa membaca buku pelajaran dengan tekun”, frasa “buku pelajaran” berfungsi sebagai objek. Dalam kalimat “Dokter memeriksa pasien dengan teliti”, frasa “pasien dengan teliti” berfungsi sebagai pelengkap. Dalam kalimat “Burung terbang di langit dengan bebas”, frasa “di langit dengan bebas” berfungsi sebagai keterangan.
Frasa dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu frasa endosentrik dan frasa eksosentrik. Frasa endosentrik adalah frasa yang memiliki inti atau head kata. Inti kata adalah kata yang paling penting dalam frasa dan menentukan makna frasa tersebut. Contoh frasa endosentrik adalah “buku pelajaran” dan “rumah sakit”. Inti kata pada frasa “buku pelajaran” adalah “buku”, sedangkan inti kata pada frasa “rumah sakit” adalah “rumah”.
Frasa eksosentrik adalah frasa yang tidak memiliki inti kata. Frasa eksosentrik biasanya terdiri dari kata-kata yang saling berkaitan tetapi tidak memiliki satu kata yang menjadi inti makna. Contoh frasa eksosentrik adalah “terima kasih” dan “selamat pagi”.
Memiliki makna
Frasa memiliki makna yang jelas dan utuh. Makna frasa tidak dapat diubah dengan mengubah urutan kata-kata dalam frasa tersebut. Misalnya, frasa “buku pelajaran” memiliki makna “buku yang digunakan untuk belajar”. Makna ini tidak akan berubah meskipun kita mengubah urutan kata-kata dalam frasa tersebut menjadi “pelajaran buku”.
Makna frasa dapat berupa makna harfiah atau makna kiasan. Makna harfiah adalah makna yang sebenarnya, sedangkan makna kiasan adalah makna yang tidak sebenarnya atau makna yang tersirat. Misalnya, frasa “kaki langit” memiliki makna harfiah “bagian langit yang terlihat dari permukaan bumi”. Namun, frasa “kaki langit” juga dapat memiliki makna kiasan, yaitu “batas kemampuan atau pengetahuan seseorang”.
Makna frasa dapat dipengaruhi oleh konteks kalimat di mana frasa tersebut digunakan. Misalnya, frasa “hati-hati” dapat memiliki makna “waspada” atau “berhati-hati”. Namun, makna frasa “hati-hati” dapat berubah menjadi “pelan-pelan” atau “perlahan-lahan” jika frasa tersebut digunakan dalam konteks kalimat yang berbeda.
Frasa dapat memiliki makna yang berbeda tergantung pada budaya dan bahasa yang digunakan. Misalnya, frasa “angkat tangan” dalam bahasa Indonesia memiliki makna “mengangkat tangan ke atas”. Namun, frasa “angkat tangan” dalam bahasa Inggris memiliki makna “menyerah”.
Oleh karena itu, penting untuk memahami konteks kalimat dan budaya di mana frasa tersebut digunakan agar dapat memahami makna frasa tersebut dengan benar.
Dapat berupa 2 kata atau lebih
Frasa dapat berupa 2 kata atau lebih. Frasa yang terdiri dari 2 kata disebut frasa dwimatra, sedangkan frasa yang terdiri dari 3 kata atau lebih disebut frasa polimatra.
- Frasa dwimatra
Frasa dwimatra adalah frasa yang terdiri dari 2 kata. Misalnya, frasa “buku pelajaran”, “rumah sakit”, “meja makan”, dan “kursi tamu”.
- Frasa polimatra
Frasa polimatra adalah frasa yang terdiri dari 3 kata atau lebih. Misalnya, frasa “buku pelajaran bahasa Indonesia”, “rumah sakit umum daerah”, “meja makan kayu jati”, dan “kursi tamu gaya klasik”.
- Frasa yang terdiri dari 2 kata atau lebih dapat memiliki makna yang lebih kompleks dan rinci dibandingkan dengan frasa yang hanya terdiri dari 1 kata.
Misalnya, frasa “buku pelajaran” memiliki makna yang lebih kompleks dan rinci dibandingkan dengan frasa “buku”. Frasa “rumah sakit” memiliki makna yang lebih kompleks dan rinci dibandingkan dengan frasa “rumah”.
- Frasa yang terdiri dari 2 kata atau lebih dapat digunakan untuk menyampaikan informasi yang lebih lengkap dan jelas.
Misalnya, frasa “buku pelajaran bahasa Indonesia” menyampaikan informasi yang lebih lengkap dan jelas dibandingkan dengan frasa “buku”. Frasa “rumah sakit umum daerah” menyampaikan informasi yang lebih lengkap dan jelas dibandingkan dengan frasa “rumah sakit”.
Oleh karena itu, frasa yang terdiri dari 2 kata atau lebih sering digunakan dalam kalimat untuk menyampaikan informasi yang lebih lengkap, jelas, dan rinci.
Memiliki fungsi dalam kalimat
Frasa memiliki fungsi tertentu dalam kalimat. Frasa dapat berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap, atau keterangan dalam kalimat.
1. Frasa sebagai subjek
Frasa dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat. Subjek adalah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku atau tokoh utama dalam kalimat. Misalnya, dalam kalimat “Siswa membaca buku pelajaran dengan tekun”, frasa “siswa” berfungsi sebagai subjek.
2. Frasa sebagai objek
Frasa dapat berfungsi sebagai objek dalam kalimat. Objek adalah bagian kalimat yang menunjukkan sasaran atau tujuan dari tindakan yang dilakukan oleh subjek. Misalnya, dalam kalimat “Siswa membaca buku pelajaran dengan tekun”, frasa “buku pelajaran” berfungsi sebagai objek.
3. Frasa sebagai pelengkap
Frasa dapat berfungsi sebagai pelengkap dalam kalimat. Pelengkap adalah bagian kalimat yang memberikan informasi tambahan tentang subjek atau objek dalam kalimat. Misalnya, dalam kalimat “Dokter memeriksa pasien dengan teliti”, frasa “dengan teliti” berfungsi sebagai pelengkap.
4. Frasa sebagai keterangan
Frasa dapat berfungsi sebagai keterangan dalam kalimat. Keterangan adalah bagian kalimat yang memberikan informasi tambahan tentang waktu, tempat, cara, atau alasan terjadinya suatu peristiwa. Misalnya, dalam kalimat “Burung terbang di langit dengan bebas”, frasa “di langit dengan bebas” berfungsi sebagai keterangan.
Frasa dapat memiliki lebih dari satu fungsi dalam kalimat. Misalnya, dalam kalimat “Siswa membaca buku pelajaran bahasa Indonesia dengan tekun”, frasa “buku pelajaran bahasa Indonesia” berfungsi sebagai objek dan frasa “dengan tekun” berfungsi sebagai pelengkap.
Jenis: endosentrik dan eksosentrik
Frasa dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu frasa endosentrik dan frasa eksosentrik.
1. Frasa endosentrik
Frasa endosentrik adalah frasa yang memiliki inti atau head kata. Inti kata adalah kata yang paling penting dalam frasa dan menentukan makna frasa tersebut. Misalnya, dalam frasa “buku pelajaran”, kata “buku” adalah inti kata. Dalam frasa “rumah sakit”, kata “rumah” adalah inti kata.
Frasa endosentrik dapat dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu frasa koordinatif dan frasa subordinatif.
a. Frasa koordinatif
Frasa koordinatif adalah frasa endosentrik yang terdiri dari dua atau lebih kata yang sejajar atau setara. Misalnya, frasa “buku dan pensil”, “rumah dan mobil”, dan “makan dan minum”.
b. Frasa subordinatif
Frasa subordinatif adalah frasa endosentrik yang terdiri dari dua atau lebih kata yang tidak sejajar atau setara. Misalnya, frasa “buku pelajaran”, “rumah sakit”, dan “meja makan”.
2. Frasa eksosentrik
Frasa eksosentrik adalah frasa yang tidak memiliki inti kata. Frasa eksosentrik biasanya terdiri dari kata-kata yang saling berkaitan tetapi tidak memiliki satu kata yang menjadi inti makna. Misalnya, frasa “terima kasih”, “selamat pagi”, dan “tolong ditutup pintunya”.
Frasa eksosentrik tidak dapat dibagi lagi menjadi frasa koordinatif dan frasa subordinatif.
Conclusion
Frasa adalah gabungan kata yang membentuk satu kesatuan makna dan memiliki fungsi tertentu dalam kalimat. Frasa dapat berupa dua kata atau lebih, dan dapat berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap, atau keterangan dalam kalimat. Frasa dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu frasa endosentrik dan frasa eksosentrik.
Frasa endosentrik adalah frasa yang memiliki inti atau head kata, sedangkan frasa eksosentrik adalah frasa yang tidak memiliki inti kata. Frasa endosentrik dapat dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu frasa koordinatif dan frasa subordinatif.
Frasa merupakan bagian penting dalam kalimat. Frasa dapat membantu kita untuk menyampaikan informasi yang lebih lengkap, jelas, dan rinci. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami konsep frasa dan dapat menggunakannya dengan baik dalam kalimat.
Demikian penjelasan tentang frasa. Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda.