Wewenang MPR: Lembaga Tertinggi Negara Republik Indonesia


Wewenang MPR: Lembaga Tertinggi Negara Republik Indonesia


Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) merupakan lembaga negara tertinggi di Republik Indonesia. MPR memiliki beberapa wewenang penting yang berkaitan dengan kehidupan bernegara, di antaranya adalah:

MPR memiliki kewenangan mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia. MPR juga berwenang melantik dan memberhentikan presiden dan wakil presiden, serta melantik pimpinan lembaga negara lainnya seperti ketua Mahkamah Agung (MA), ketua Mahkamah Konstitusi (MK), dan ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, MPR bekerja sama dengan lembaga negara lainnya, seperti presiden, DPR, DPD, MA, MK, dan BPK. MPR juga berkoordinasi dengan lembaga-lembaga negara lainnya dalam rangka melaksanakan tugas dan wewenangnya.

apa wewenang mpr

MPR lembaga tertinggi negara.

  • Mengubah UUD
  • Melantik presiden
  • Memberhentikan presiden
  • Melantik pimpinan lembaga negara
  • Mengesahkan GBHN

MPR memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas politik dan pemerintahan di Indonesia.

Mengubah UUD

MPR memiliki wewenang untuk mengubah Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia. Wewenang ini sangat penting karena UUD merupakan hukum dasar negara yang mengatur kehidupan bernegara.

  • Mengubah pasal-pasal UUD

    MPR dapat mengubah pasal-pasal dalam UUD, baik yang bersifat substansial maupun teknis. Perubahan pasal-pasal UUD harus dilakukan melalui sidang MPR yang dihadiri oleh sedikitnya 2/3 dari jumlah anggota MPR.

  • Menambahkan pasal baru ke dalam UUD

    MPR dapat menambahkan pasal-pasal baru ke dalam UUD. Penambahan pasal baru ke dalam UUD harus dilakukan melalui sidang MPR yang dihadiri oleh sedikitnya 2/3 dari jumlah anggota MPR.

  • Menghapus pasal-pasal dari UUD

    MPR dapat menghapus pasal-pasal dari UUD. Penghapusan pasal-pasal dari UUD harus dilakukan melalui sidang MPR yang dihadiri oleh sedikitnya 2/3 dari jumlah anggota MPR.

  • Menetapkan UUD baru

    MPR dapat menetapkan UUD baru. Penetapan UUD baru harus dilakukan melalui sidang MPR yang dihadiri oleh sedikitnya 2/3 dari jumlah anggota MPR.

MPR harus berhati-hati dalam mengubah UUD. Perubahan UUD harus dilakukan dengan mempertimbangkan kepentingan seluruh rakyat Indonesia dan harus sesuai dengan nilai-nilai dasar negara.

Melantik presiden

MPR memiliki wewenang untuk melantik presiden dan wakil presiden terpilih. Pelantikan presiden dan wakil presiden dilakukan dalam sidang MPR yang dihadiri oleh sedikitnya 2/3 dari jumlah anggota MPR.

  • Menetapkan presiden dan wakil presiden terpilih

    MPR menetapkan presiden dan wakil presiden terpilih berdasarkan hasil pemilihan umum presiden dan wakil presiden.

  • Mengambil sumpah jabatan presiden dan wakil presiden

    MPR mengambil sumpah jabatan presiden dan wakil presiden terpilih. Sumpah jabatan presiden dan wakil presiden diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

  • Mengucapkan pidato pelantikan presiden dan wakil presiden

    Presiden dan wakil presiden terpilih menyampaikan pidato pelantikan dalam sidang MPR. Pidato pelantikan presiden dan wakil presiden berisi tentang visi, misi, dan program kerja selama masa jabatannya.

  • Menyerahkan bendera negara kepada presiden

    MPR menyerahkan bendera negara kepada presiden terpilih sebagai simbol penyerahan kekuasaan pemerintahan.

Pelantikan presiden dan wakil presiden merupakan acara kenegaraan yang penting. Pelantikan presiden dan wakil presiden menandai dimulainya masa jabatan presiden dan wakil presiden terpilih.

Memberhentikan presiden

MPR memiliki wewenang untuk memberhentikan presiden dan wakil presiden di tengah masa jabatannya. Pemberhentian presiden dan wakil presiden dapat dilakukan melalui mekanisme pemakzulan.

  • Melakukan penyelidikan terhadap presiden dan wakil presiden

    MPR dapat melakukan penyelidikan terhadap presiden dan wakil presiden jika diduga melakukan pelanggaran hukum atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden dan wakil presiden.

  • Mengajukan usul pemakzulan kepada DPR

    Jika hasil penyelidikan MPR menemukan bukti pelanggaran hukum atau tidak terpenuhinya syarat sebagai presiden dan wakil presiden, maka MPR dapat mengajukan usul pemakzulan kepada DPR.

  • Mengesahkan usul pemakzulan yang diajukan oleh DPR

    DPR dapat mengajukan usul pemakzulan kepada MPR jika didukung oleh sedikitnya 2/3 dari jumlah anggota DPR. MPR kemudian akan mengesahkan atau menolak usul pemakzulan tersebut.

  • Memberhentikan presiden dan wakil presiden

    Jika MPR mengesahkan usul pemakzulan, maka presiden dan wakil presiden diberhentikan dari jabatannya. Pemberhentian presiden dan wakil presiden dilakukan melalui sidang MPR yang dihadiri oleh sedikitnya 2/3 dari jumlah anggota MPR.

Pemakzulan merupakan mekanisme konstitusional untuk memberhentikan presiden dan wakil presiden di tengah masa jabatannya. Pemakzulan hanya dapat dilakukan jika presiden dan wakil presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden dan wakil presiden.

Melantik pimpinan lembaga negara

MPR memiliki wewenang untuk melantik pimpinan lembaga negara lainnya, seperti ketua Mahkamah Agung (MA), ketua Mahkamah Konstitusi (MK), dan ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

  • Menetapkan pimpinan lembaga negara terpilih

    MPR menetapkan pimpinan lembaga negara terpilih berdasarkan hasil pemilihan yang dilakukan oleh lembaga negara masing-masing.

  • Mengambil sumpah jabatan pimpinan lembaga negara

    MPR mengambil sumpah jabatan pimpinan lembaga negara terpilih. Sumpah jabatan pimpinan lembaga negara diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

  • Mengucapkan pidato pelantikan pimpinan lembaga negara

    Pimpinan lembaga negara terpilih menyampaikan pidato pelantikan dalam sidang MPR. Pidato pelantikan pimpinan lembaga negara berisi tentang visi, misi, dan program kerja selama masa jabatannya.

  • Menyerahkan bendera negara kepada pimpinan lembaga negara

    MPR menyerahkan bendera negara kepada pimpinan lembaga negara terpilih sebagai simbol penyerahan kekuasaan.

Pelantikan pimpinan lembaga negara merupakan acara kenegaraan yang penting. Pelantikan pimpinan lembaga negara menandai dimulainya masa jabatan pimpinan lembaga negara terpilih.

Mengesahkan GBHN

MPR memiliki wewenang untuk mengesahkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). GBHN merupakan dokumen yang berisi arah dan kebijakan pembangunan nasional yang akan dilaksanakan oleh pemerintah selama lima tahun ke depan.

GBHN disusun oleh MPR berdasarkan masukan dari pemerintah, DPR, DPD, dan berbagai elemen masyarakat. Penyusunan GBHN dilakukan melalui sidang MPR yang dihadiri oleh sedikitnya 2/3 dari jumlah anggota MPR.

Setelah GBHN disusun, MPR akan mengesahkannya melalui sidang MPR yang dihadiri oleh sedikitnya 2/3 dari jumlah anggota MPR. GBHN yang telah disahkan oleh MPR kemudian menjadi pedoman bagi pemerintah dalam melaksanakan pembangunan nasional.

GBHN memuat berbagai hal, antara lain:

  • Tujuan pembangunan nasional
  • Sasaran pembangunan nasional
  • Strategi pembangunan nasional
  • Kebijakan pembangunan nasional
  • Program pembangunan nasional

Dengan adanya GBHN, pemerintah memiliki arah dan pedoman yang jelas dalam melaksanakan pembangunan nasional. GBHN juga menjadi dasar bagi DPR dalam menyusun undang-undang dan bagi pemerintah dalam menyusun rencana pembangunan nasional.

Kesimpulan

MPR merupakan lembaga negara tertinggi di Republik Indonesia yang memiliki beberapa wewenang penting. Wewenang MPR antara lain mengubah UUD, melantik dan memberhentikan presiden dan wakil presiden, melantik pimpinan lembaga negara lainnya, dan mengesahkan GBHN.

MPR memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas politik dan pemerintahan di Indonesia. MPR juga memastikan bahwa pemerintah menjalankan pembangunan nasional sesuai dengan arah dan kebijakan yang telah ditetapkan.

Sebagai penutup, MPR merupakan lembaga negara yang sangat penting dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. MPR memiliki wewenang yang besar untuk membuat keputusan-keputusan penting yang berkaitan dengan kehidupan bernegara.