Geguritan adalah salah satu jenis puisi Jawa yang memiliki rima dan irama. Geguritan biasanya digunakan untuk menceritakan kisah atau menyampaikan pesan moral. Geguritan dapat ditemukan dalam berbagai bentuk, mulai dari geguritan pendek hingga geguritan panjang. Beberapa contoh geguritan bahasa Jawa yang terkenal adalah “Geguritan Slamet Riyadi” dan “Geguritan Jaka Tarub”.
Geguritan biasanya terdiri dari beberapa bait, dan setiap bait terdiri dari beberapa baris. Jumlah baris dalam setiap bait tidak selalu sama, tetapi biasanya berkisar antara 4 hingga 8 baris. Rima dan irama dalam geguritan biasanya mengikuti pola tertentu, meskipun ada juga geguritan yang tidak menggunakan rima dan irama yang baku.
Geguritan dapat dinyanyikan atau dibacakan dengan lantang. Geguritan yang dinyanyikan biasanya diiringi dengan musik gamelan, sedangkan geguritan yang dibacakan dengan lantang biasanya dibaca dengan intonasi dan ekspresi yang sesuai dengan isi geguritan.
Berikut adalah beberapa contoh geguritan bahasa Jawa beserta artinya:
contoh geguritan bahasa jawa
Geguritan adalah puisi tradisional Jawa yang memiliki rima dan irama.
- Jenis puisi Jawa
- Berima dan berirama
- Menceritakan kisah atau pesan moral
- Dapat dinyanyikan atau dibacakan
- Diiringi musik gamelan atau tidak
- Berbagai bentuk dan panjang
- Contoh: “Geguritan Slamet Riyadi”
Geguritan merupakan salah satu bentuk kesenian Jawa yang masih lestari hingga saat ini.
Jenis puisi Jawa
Puisi Jawa memiliki berbagai jenis, di antaranya:
1. Geguritan
Geguritan adalah puisi Jawa yang memiliki rima dan irama. Geguritan biasanya digunakan untuk menceritakan kisah atau menyampaikan pesan moral. Geguritan dapat dinyanyikan atau dibacakan dengan lantang. Beberapa contoh geguritan bahasa Jawa yang terkenal adalah “Geguritan Slamet Riyadi” dan “Geguritan Jaka Tarub”.
2. Tembang
Tembang adalah puisi Jawa yang memiliki aturan yang lebih ketat dibandingkan dengan geguritan. Tembang biasanya dinyanyikan dengan iringan musik gamelan. Beberapa contoh tembang Jawa yang terkenal adalah “Tembang Pangkur” dan “Tembang Kinanti”.
3. Sekar
Sekar adalah puisi Jawa yang lebih pendek dari geguritan dan tembang. Sekar biasanya terdiri dari beberapa bait, dan setiap bait terdiri dari beberapa baris. Sekar biasanya digunakan untuk menyampaikan pesan moral atau untuk mengungkapkan perasaan. Beberapa contoh sekar Jawa yang terkenal adalah “Sekar Alit” dan “Sekar Madu”.
4. Parikan
Parikan adalah puisi Jawa yang pendek dan jenaka. Parikan biasanya terdiri dari dua baris, dan setiap baris terdiri dari 8 hingga 10 suku kata. Parikan biasanya digunakan untuk menyindir atau menyampaikan kritik sosial. Beberapa contoh parikan Jawa yang terkenal adalah “Aja ngumbar janji, yen ora gelem nyesel” dan “Nek ra gelem mangan tempe, ojo ngaku wong Jawa”.
Demikianlah beberapa jenis puisi Jawa yang terkenal. Puisi Jawa merupakan salah satu bentuk kesenian Jawa yang masih lestari hingga saat ini.
Berima dan berirama
Salah satu ciri khas geguritan bahasa Jawa adalah berima dan berirama.
- Rima
Rima adalah persamaan bunyi pada akhir baris puisi. Dalam geguritan bahasa Jawa, rima biasanya terjadi pada akhir baris pertama dan ketiga, serta baris kedua dan keempat.
- Irama
Irama adalah pola tekanan dan durasi suku kata dalam puisi. Dalam geguritan bahasa Jawa, irama biasanya mengikuti pola tertentu, meskipun ada juga geguritan yang tidak menggunakan irama yang baku.
- Fungsi rima dan irama
Rima dan irama dalam geguritan bahasa Jawa berfungsi untuk memperindah bunyi puisi dan membuatnya lebih mudah untuk dinyanyikan atau dibacakan dengan lantang.
- Contoh rima dan irama dalam geguritan bahasa Jawa
Berikut ini adalah contoh rima dan irama dalam geguritan bahasa Jawa:
Geguritan Jaka Tarub
Jaka Tarub, jejaka tampan
Tinggal di desa, sederhana hidupnya
Suatu hari, ia pergi berburu
Di hutan, ia bertemu bidadari
Rima dan irama dalam geguritan bahasa Jawa dapat bervariasi tergantung pada jenis geguritan dan daerah asalnya. Namun, secara umum, rima dan irama dalam geguritan bahasa Jawa berfungsi untuk memperindah bunyi puisi dan membuatnya lebih mudah untuk dinyanyikan atau dibacakan dengan lantang.
Menceritakan kisah atau pesan moral
Geguritan bahasa Jawa tidak hanya sekadar rangkaian kata-kata indah yang berima dan berirama. Geguritan bahasa Jawa juga sering digunakan untuk menceritakan kisah atau menyampaikan pesan moral.
1. Menceritakan kisah
Geguritan bahasa Jawa dapat digunakan untuk menceritakan berbagai macam kisah, mulai dari kisah cinta, kisah heroik, hingga kisah jenaka. Beberapa contoh geguritan bahasa Jawa yang menceritakan kisah antara lain:
- “Geguritan Jaka Tarub” yang menceritakan kisah seorang pemuda bernama Jaka Tarub yang menikahi seorang bidadari.
- “Geguritan Bandung Bondowoso” yang menceritakan kisah seorang pemuda bernama Bandung Bondowoso yang membangun seribu candi dalam semalam.
- “Geguritan Lutung Kasarung” yang menceritakan kisah seorang pemuda bernama Lutung Kasarung yang dikutuk menjadi kera.
2. Menyampaikan pesan moral
Selain untuk menceritakan kisah, geguritan bahasa Jawa juga sering digunakan untuk menyampaikan pesan moral. Pesan moral dalam geguritan bahasa Jawa biasanya disampaikan secara tersirat melalui kisah yang diceritakan. Beberapa contoh geguritan bahasa Jawa yang menyampaikan pesan moral antara lain:
- “Geguritan Srana Manunggal” yang menyampaikan pesan moral tentang pentingnya persatuan dan kesatuan.
- “Geguritan Wulang Reh” yang menyampaikan pesan moral tentang pentingnya ilmu pengetahuan dan budi pekerti.
- “Geguritan Tri Sandhya” yang menyampaikan pesan moral tentang pentingnya menjaga hubungan baik dengan Tuhan, sesama manusia, dan lingkungan hidup.
Demikianlah penjelasan tentang fungsi geguritan bahasa Jawa dalam menceritakan kisah atau menyampaikan pesan moral. Geguritan bahasa Jawa merupakan salah satu bentuk kesenian Jawa yang masih lestari hingga saat ini dan memiliki nilai-nilai luhur yang dapat dipelajari oleh generasi muda.
Dapat dinyanyikan atau dibacakan
Geguritan bahasa Jawa dapat dinyanyikan atau dibacakan. Hal ini karena geguritan bahasa Jawa memiliki rima dan irama yang teratur, sehingga mudah untuk dinyanyikan atau dibacakan dengan lantang.
- Dinyanyikan
Geguritan bahasa Jawa yang dinyanyikan biasanya diiringi dengan musik gamelan. Beberapa contoh geguritan bahasa Jawa yang sering dinyanyikan antara lain:
- “Geguritan Jaka Tarub”
- “Geguritan Bandung Bondowoso”
- “Geguritan Lutung Kasarung”
- Dibacakan
Geguritan bahasa Jawa yang dibacakan biasanya dilakukan dengan intonasi dan ekspresi yang sesuai dengan isi geguritan. Beberapa contoh geguritan bahasa Jawa yang sering dibacakan antara lain:
- “Geguritan Srana Manunggal”
- “Geguritan Wulang Reh”
- “Geguritan Tri Sandhya”
- Fungsi dinyanyikan atau dibacakan
Geguritan bahasa Jawa yang dinyanyikan atau dibacakan dapat berfungsi sebagai hiburan, pendidikan, atau sebagai media penyampaian pesan moral. Geguritan bahasa Jawa yang dinyanyikan atau dibacakan juga dapat menjadi ajang untuk melestarikan budaya Jawa.
- Tradisi geguritan bahasa Jawa
Di Jawa, terdapat tradisi geguritan bahasa Jawa yang masih lestari hingga saat ini. Tradisi ini biasanya dilakukan pada saat upacara adat, pertunjukan seni, atau sebagai hiburan di waktu senggang. Geguritan bahasa Jawa yang dinyanyikan atau dibacakan dalam tradisi ini biasanya merupakan geguritan-geguritan yang sudah terkenal dan disukai oleh masyarakat Jawa.
Demikianlah penjelasan tentang fungsi geguritan bahasa Jawa yang dapat dinyanyikan atau dibacakan. Geguritan bahasa Jawa merupakan salah satu bentuk kesenian Jawa yang masih lestari hingga saat ini dan memiliki nilai-nilai luhur yang dapat dipelajari oleh generasi muda.
Diiringi musik gamelan atau tidak
Geguritan bahasa Jawa dapat dinyanyikan atau dibacakan, baik dengan iringan musik gamelan maupun tanpa iringan musik gamelan.
- Dengan iringan musik gamelan
Geguritan bahasa Jawa yang dinyanyikan dengan iringan musik gamelan biasanya disebut dengan istilah “gendhing”. Beberapa contoh gendhing bahasa Jawa yang terkenal antara lain:
- “Gendhing Jula-Juli”
- “Gendhing Pangkur”
- “Gendhing Kinanti”
- Tanpa iringan musik gamelan
Geguritan bahasa Jawa yang dibacakan tanpa iringan musik gamelan biasanya disebut dengan istilah “macapat”. Beberapa contoh macapat bahasa Jawa yang terkenal antara lain:
- “Macapat Sinom”
- “Macapat Asmarandana”
- “Macapat Durma”
- Fungsi iringan musik gamelan
Iringan musik gamelan dalam geguritan bahasa Jawa berfungsi untuk memperindah bunyi geguritan dan membuatnya lebih mudah untuk dinyanyikan. Selain itu, iringan musik gamelan juga dapat membantu untuk menyampaikan suasana atau emosi yang terkandung dalam geguritan.
- Tradisi geguritan bahasa Jawa dengan iringan musik gamelan
Di Jawa, terdapat tradisi geguritan bahasa Jawa dengan iringan musik gamelan yang masih lestari hingga saat ini. Tradisi ini biasanya dilakukan pada saat upacara adat, pertunjukan seni, atau sebagai hiburan di waktu senggang. Geguritan bahasa Jawa dengan iringan musik gamelan dalam tradisi ini biasanya merupakan geguritan-geguritan yang sudah terkenal dan disukai oleh masyarakat Jawa.
Demikianlah penjelasan tentang fungsi geguritan bahasa Jawa yang dapat dinyanyikan atau dibacakan dengan iringan musik gamelan atau tanpa iringan musik gamelan. Geguritan bahasa Jawa merupakan salah satu bentuk kesenian Jawa yang masih lestari hingga saat ini dan memiliki nilai-nilai luhur yang dapat dipelajari oleh generasi muda.
Berbagai bentuk dan panjang
Geguritan bahasa Jawa memiliki berbagai bentuk dan panjang. Hal ini tergantung pada jenis geguritan, daerah asal geguritan, dan kreativitas penciptanya.
1. Bentuk geguritan bahasa Jawa
Secara umum, geguritan bahasa Jawa dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu:
- Geguritan bebas
Geguritan bebas adalah geguritan yang tidak terikat oleh aturan-aturan tertentu, baik dalam hal jumlah baris, jumlah suku kata, maupun rima dan irama.
- Geguritan beraturan
Geguritan beraturan adalah geguritan yang terikat oleh aturan-aturan tertentu, seperti jumlah baris, jumlah suku kata, rima, dan irama. Beberapa contoh geguritan beraturan bahasa Jawa antara lain:
- “Geguritan Sinom”
- “Geguritan Asmarandana”
- “Geguritan Durma”
2. Panjang geguritan bahasa Jawa
Panjang geguritan bahasa Jawa juga bervariasi, mulai dari yang pendek hingga yang panjang. Geguritan pendek biasanya hanya terdiri dari beberapa bait, sedangkan geguritan panjang dapat terdiri dari ratusan bait. Beberapa contoh geguritan panjang bahasa Jawa antara lain:
- “Geguritan Srana Manunggal”
- “Geguritan Wulang Reh”
- “Geguritan Tri Sandhya”
Demikianlah penjelasan tentang berbagai bentuk dan panjang geguritan bahasa Jawa. Geguritan bahasa Jawa merupakan salah satu bentuk kesenian Jawa yang masih lestari hingga saat ini dan memiliki nilai-nilai luhur yang dapat dipelajari oleh generasi muda.
Contoh: “Geguritan Slamet Riyadi”
“Geguritan Slamet Riyadi” adalah salah satu contoh geguritan bahasa Jawa yang terkenal. Geguritan ini menceritakan tentang kisah hidup pahlawan nasional Indonesia, Slamet Riyadi. Geguritan ini ditulis oleh seorang pujangga Jawa bernama R.M. Soedjono.
Geguritan “Slamet Riyadi” terdiri dari 125 bait. Setiap bait terdiri dari 4 baris, dengan rima A-B-A-B. Geguritan ini menggunakan bahasa Jawa yang sederhana dan mudah dipahami. Berikut ini adalah beberapa bait dari Geguritan “Slamet Riyadi”:
Slamet Riyadi, pahlawan sejati
Dilahirkan di Surakarta, tahun seribu delapan ratus sembilan puluh tujuh
Sejak kecil, ia dikenal pemberani
Dan memiliki jiwa patriotisme yang tinggi
Pada masa penjajahan Belanda
Slamet Riyadi bergabung dengan organisasi Budi Utomo
Ia aktif dalam berbagai kegiatan perjuangan
Untuk melawan penjajah Belanda
Pada tahun 1926, Slamet Riyadi mendirikan organisasi Sarekat Islam Indonesia
Organisasi ini bertujuan untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia
Slamet Riyadi menjadi pemimpin organisasi ini
Hingga ia ditangkap oleh Belanda pada tahun 1927
Geguritan “Slamet Riyadi” merupakan salah satu karya sastra Jawa yang penting. Geguritan ini tidak hanya menceritakan tentang kisah hidup seorang pahlawan nasional, tetapi juga mengandung nilai-nilai luhur yang dapat dipelajari oleh generasi muda.
Conclusion
Geguritan bahasa Jawa adalah salah satu bentuk puisi Jawa yang memiliki ciri-ciri khusus, seperti berima, berirama, dan dapat menceritakan kisah atau pesan moral. Geguritan bahasa Jawa dapat dinyanyikan atau dibacakan, dengan atau tanpa iringan musik gamelan. Geguritan bahasa Jawa memiliki berbagai bentuk dan panjang, tergantung pada jenis geguritan, daerah asal geguritan, dan kreativitas penciptanya.
Contoh geguritan bahasa Jawa yang cukup populer dan digemari masyarakat Jawa tentu saja “Geguritan Slamet Riyuy”. Hampir setiap orang Jawa tahu dengan kisah hidup sang pahlawan nasional yang diceritakan dengan menggunakan bahasa Jawa yang indah dan mudah dipahami.
Geguritan bahasa Jawa merupakan salah satu bentuk kesenian Jawa yang masih lestari hingga saat ini dan memiliki nilai-nilai luhur yang dapat dipelajai oleh generasi muda. Geguritan bahasa Jawa dapat menjadi media untuk melestarikan budaya Jawa serta sebagai sarana untuk belajar bahasa Jawa.
Demikianlah artikel tentang contoh geguritan bahasa Jawa. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan Anda tentang geguritan bahasa Jawa dan budaya Jawa pada umumnya.