Sejarah Syiah


Sejarah Syiah


Syiah adalah salah satu dari tiga cabang utama Islam, bersama dengan Sunni dan Kharijite. Pengikut Syiah percaya bahwa Ali bin Abi Thalib, sepupu dan menantu Nabi Muhammad, adalah penerus sah Nabi Muhammad sebagai pemimpin umat Islam.

Syiah berasal dari perpecahan dalam komunitas Muslim setelah kematian Nabi Muhammad pada tahun 632 Masehi. Perpecahan ini disebabkan oleh perselisihan tentang siapa yang harus menjadi pemimpin umat Islam setelah Nabi Muhammad. Kelompok yang mendukung Ali bin Abi Thalib disebut Syiah, sedangkan kelompok yang mendukung Abu Bakar Ash-Shiddiq disebut Sunni.

Sejak saat itu, Syiah dan Sunni telah terlibat dalam konflik dan persaingan yang panjang. Konflik ini telah menyebabkan banyak pertumpahan darah dan kekerasan. Di negara-negara mayoritas Sunni seperti Arab Saudi dan Mesir, Syiah sering menjadi sasaran diskriminasi dan penganiayaan.

sejarah syiah

Perpecahan umat Islam setelah Nabi wafat.

  • Ali sebagai penerus Nabi.
  • Konflik Syiah-Sunni.
  • Diskriminasi dan penganiayaan.
  • Syiah di Indonesia.
  • Kontribusi Syiah bagi Islam.

Syiah merupakan bagian penting dari sejarah Islam dan telah berkontribusi besar terhadap perkembangan Islam.

Ali sebagai penerus Nabi.

Syiah percaya bahwa Ali bin Abi Thalib adalah penerus sah Nabi Muhammad sebagai pemimpin umat Islam. Keyakinan ini didasarkan pada beberapa alasan:

  • Ali adalah sepupu dan menantu Nabi Muhammad.
  • Ali adalah orang pertama yang masuk Islam setelah Khadijah.
  • Ali selalu setia kepada Nabi Muhammad, bahkan ketika banyak orang lain meninggalkannya.
  • Ali memiliki pengetahuan yang luas tentang Islam dan Al-Qur’an.
  • Ali adalah seorang pemimpin yang adil dan bijaksana.

Setelah Nabi Muhammad wafat, Ali tidak langsung menjadi pemimpin umat Islam. Abu Bakar Ash-Shiddiq terpilih sebagai khalifah pertama, diikuti oleh Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan. Baru setelah Utsman terbunuh pada tahun 656 Masehi, Ali akhirnya menjadi khalifah keempat.

Namun, masa pemerintahan Ali tidak berlangsung lama. Ia menghadapi pemberontakan dari Muawiyah bin Abi Sufyan, gubernur Syam. Ali berhasil mengalahkan Muawiyah dalam Pertempuran Siffin pada tahun 657 Masehi, tetapi ia terbunuh oleh seorang Khawarij pada tahun 661 Masehi.

Syiah percaya bahwa Ali adalah imam pertama dari 12 imam yang dijanjikan. Imam-imam ini adalah pemimpin spiritual dan politik umat Islam Syiah. Imam terakhir, Imam Mahdi, akan muncul di akhir zaman untuk menegakkan keadilan dan kebenaran di seluruh dunia.

Keyakinan Syiah tentang Ali sebagai penerus Nabi Muhammad telah menjadi sumber konflik dan perpecahan antara Syiah dan Sunni selama berabad-abad.

Konflik Syiah-Sunni.

Konflik Syiah-Sunni adalah salah satu konflik terpanjang dan paling berdarah dalam sejarah Islam. Konflik ini telah berlangsung selama lebih dari 1.400 tahun dan telah menyebabkan jutaan kematian.

  • Perebutan Kepemimpinan

    Konflik Syiah-Sunni bermula dari perebutan kepemimpinan umat Islam setelah Nabi Muhammad wafat. Syiah percaya bahwa Ali bin Abi Thalib adalah penerus sah Nabi Muhammad, sedangkan Sunni percaya bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah penerus sah Nabi Muhammad.

  • Perbedaan Teologi

    Selain perbedaan dalam kepemimpinan, Syiah dan Sunni juga memiliki perbedaan dalam teologi. Syiah percaya bahwa Ali dan para imam Syiah lainnya adalah maksum, artinya mereka tidak pernah melakukan kesalahan. Sunni tidak percaya bahwa Ali dan para imam Syiah lainnya maksum.

  • Perbedaan Hukum

    Syiah dan Sunni juga memiliki perbedaan dalam hukum Islam. Syiah mengikuti hukum yang ditetapkan oleh para imam Syiah, sedangkan Sunni mengikuti hukum yang ditetapkan oleh para ulama Sunni.

  • Konflik Politik

    Konflik Syiah-Sunni juga sering dipicu oleh konflik politik. Di beberapa negara, Syiah dan Sunni bersaing untuk memperebutkan kekuasaan politik. Konflik politik ini seringkali berujung pada kekerasan.

Konflik Syiah-Sunni telah menjadi sumber ketidakstabilan dan kekerasan di banyak negara di dunia. Konflik ini telah menyebabkan jutaan kematian dan telah menghambat kemajuan umat Islam. Upaya untuk menyelesaikan konflik ini telah dilakukan, tetapi sejauh ini belum berhasil.