Teori belajar behavioristik merupakan salah satu teori belajar yang paling awal dan paling dikenal. Teori ini berfokus pada perilaku yang dapat diamati dan diukur, serta bagaimana perilaku tersebut dipengaruhi oleh lingkungan. Teori behavioristik didasarkan pada keyakinan bahwa perilaku dipelajari melalui proses pengondisian, baik melalui pengkondisian klasik maupun pengkondisian operan.
Pada artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang teori belajar behavioristik menurut para ahli. Kita akan membahas tentang sejarah teori belajar behavioristik, konsep-konsep dasar teori behavioristik, serta aplikasi teori behavioristik dalam pembelajaran.
Teori belajar behavioristik memiliki sejarah yang panjang, dan telah dikembangkan oleh banyak ahli. Beberapa ahli behavioristik yang paling terkenal antara lain John B. Watson, B.F. Skinner, dan Ivan Pavlov.
Teori Belajar Behavioristik Menurut Para Ahli
Teori behavioristik berfokus pada perilaku yang dapat diamati dan diukur, serta bagaimana perilaku tersebut dipengaruhi oleh lingkungan.
- Belajar melalui pengkondisian
- Pengkondisian klasik dan operan
- Perilaku dibentuk oleh lingkungan
- Penguatan dan hukuman
- Aplikasi dalam pembelajaran
Teori belajar behavioristik memiliki sejarah yang panjang, dan telah dikembangkan oleh banyak ahli. Beberapa ahli behavioristik yang paling terkenal antara lain John B. Watson, B.F. Skinner, dan Ivan Pavlov.
Belajar melalui pengkondisian
Teori belajar behavioristik berpendapat bahwa belajar terjadi melalui proses pengkondisian. Pengkondisian adalah proses di mana seseorang belajar untuk mengasosiasikan dua stimuli yang awalnya tidak terkait. Ada dua jenis pengkondisian utama, yaitu pengkondisian klasik dan pengkondisian operan.
Pengkondisian klasik adalah jenis pengkondisian yang pertama kali dijelaskan oleh Ivan Pavlov. Pavlov melakukan eksperimen pada anjing, di mana ia memasangkan bunyi bel dengan pemberian makanan. Setelah beberapa kali pengulangan, anjing mulai mengeluarkan air liur ketika mendengar bunyi bel, meskipun tidak ada makanan yang diberikan. Ini menunjukkan bahwa anjing telah belajar untuk mengasosiasikan bunyi bel dengan makanan.
Pengkondisian operan adalah jenis pengkondisian yang dikembangkan oleh B.F. Skinner. Skinner berpendapat bahwa perilaku dibentuk oleh konsekuensinya. Jika suatu perilaku diikuti oleh konsekuensi yang menyenangkan, maka perilaku tersebut akan cenderung diulang. Sebaliknya, jika suatu perilaku diikuti oleh konsekuensi yang tidak menyenangkan, maka perilaku tersebut akan cenderung dihentikan.
Pengkondisian operan dapat digunakan untuk mengajarkan perilaku baru atau untuk mengubah perilaku yang sudah ada. Misalnya, seorang guru dapat menggunakan pengkondisian operan untuk mengajarkan siswa untuk mengerjakan PR mereka dengan memberikan pujian atau hadiah ketika siswa tersebut mengerjakan PR mereka. Sebaliknya, seorang guru dapat menggunakan pengkondisian operan untuk menghentikan siswa dari berbicara di kelas dengan memberikan teguran atau hukuman ketika siswa tersebut berbicara di kelas.
Belajar melalui pengkondisian merupakan salah satu konsep dasar dalam teori belajar behavioristik. Konsep ini telah digunakan untuk menjelaskan berbagai macam perilaku, mulai dari perilaku sederhana seperti belajar berjalan atau berbicara hingga perilaku yang lebih kompleks seperti belajar matematika atau sains.
Pengkondisian klasik dan operan
Pengkondisian klasik adalah jenis pengkondisian yang pertama kali dijelaskan oleh Ivan Pavlov. Pavlov melakukan eksperimen pada anjing, di mana ia memasangkan bunyi bel dengan pemberian makanan. Setelah beberapa kali pengulangan, anjing mulai mengeluarkan air liur ketika mendengar bunyi bel, meskipun tidak ada makanan yang diberikan. Ini menunjukkan bahwa anjing telah belajar untuk mengasosiasikan bunyi bel dengan makanan.
Dalam pengkondisian klasik, terdapat beberapa istilah penting, yaitu:
- Stimulus terkondisi (ST): Stimulus yang awalnya netral, tetapi setelah dipasangkan dengan stimulus tak terkondisi, akan menimbulkan respons terkondisi.
- Stimulus tak terkondisi (US): Stimulus yang secara alami memunculkan respons tak terkondisi.
- Respons terkondisi (RT): Respons yang muncul setelah stimulus terkondisi diberikan.
- Respons tak terkondisi (UR): Respons yang muncul secara alami terhadap stimulus tak terkondisi.
Pengkondisian operan adalah jenis pengkondisian yang dikembangkan oleh B.F. Skinner. Skinner berpendapat bahwa perilaku dibentuk oleh konsekuensinya. Jika suatu perilaku diikuti oleh konsekuensi yang menyenangkan, maka perilaku tersebut akan cenderung diulang. Sebaliknya, jika suatu perilaku diikuti oleh konsekuensi yang tidak menyenangkan, maka perilaku tersebut akan cenderung dihentikan.
Dalam pengkondisian operan, terdapat beberapa istilah penting, yaitu:
- Perilaku: Tindakan atau respons yang dilakukan oleh organisme.
- Penguatan positif: Konsekuensi yang menyenangkan yang diberikan setelah perilaku tertentu dilakukan, sehingga perilaku tersebut cenderung diulang.
- Penguatan negatif: Konsekuensi yang tidak menyenangkan yang dihilangkan setelah perilaku tertentu dilakukan, sehingga perilaku tersebut cenderung diulang.
- Hukuman positif: Konsekuensi yang tidak menyenangkan yang diberikan setelah perilaku tertentu dilakukan, sehingga perilaku tersebut cenderung dihentikan.
- Hukuman negatif: Konsekuensi yang menyenangkan yang dihilangkan setelah perilaku tertentu dilakukan, sehingga perilaku tersebut cenderung dihentikan.
Pengkondisian klasik dan pengkondisian operan merupakan dua jenis pengkondisian yang berbeda, tetapi keduanya sama-sama penting dalam teori belajar behavioristik. Pengkondisian klasik digunakan untuk menjelaskan bagaimana organisme belajar untuk mengasosiasikan dua stimuli yang awalnya tidak terkait, sedangkan pengkondisian operan digunakan untuk menjelaskan bagaimana organisme belajar untuk mengubah perilakunya berdasarkan konsekuensinya.
Perilaku dibentuk oleh lingkungan
Menurut teori belajar behavioristik, perilaku dibentuk oleh lingkungan. Lingkungan di sini mencakup semua faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku seseorang, seperti keluarga, teman, sekolah, dan masyarakat.
- Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dialami oleh seseorang. Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua dapat mempengaruhi perilaku anak. Misalnya, anak yang diasuh dengan pola asuh yang otoriter cenderung lebih penurut dan patuh, sedangkan anak yang diasuh dengan pola asuh yang demokratis cenderung lebih mandiri dan percaya diri.
- Teman
Teman juga merupakan faktor lingkungan yang penting dalam pembentukan perilaku seseorang. Seseorang cenderung untuk berperilaku sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok teman-temannya. Misalnya, jika seseorang berteman dengan kelompok yang sering melakukan tindakan kekerasan, maka orang tersebut cenderung untuk berperilaku kekerasan juga.
- Sekolah
Sekolah merupakan lingkungan formal yang berperan penting dalam pembentukan perilaku siswa. Guru dan teman-teman di sekolah dapat mempengaruhi perilaku siswa. Misalnya, seorang guru yang sabar dan telaten dapat membantu siswa untuk mengembangkan perilaku yang positif, sedangkan seorang guru yang kasar dan tidak adil dapat menyebabkan siswa mengembangkan perilaku yang negatif.
- Masyarakat
Masyarakat juga merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku seseorang. Norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Misalnya, dalam masyarakat yang menjunjung tinggi kejujuran, maka orang-orang cenderung untuk berperilaku jujur. Sebaliknya, dalam masyarakat yang korup, maka orang-orang cenderung untuk berperilaku korup juga.
Perilaku dibentuk oleh lingkungan merupakan salah satu konsep dasar dalam teori belajar behavioristik. Konsep ini membantu kita untuk memahami bagaimana faktor-faktor eksternal dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Pemahaman ini penting untuk membantu kita untuk mengembangkan strategi-strategi yang efektif untuk mengubah perilaku seseorang.
Penguatan dan hukuman
Penguatan dan hukuman merupakan dua konsep penting dalam teori belajar behavioristik. Penguatan adalah konsekuensi yang menyenangkan yang diberikan setelah perilaku tertentu dilakukan, sehingga perilaku tersebut cenderung diulang. Sebaliknya, hukuman adalah konsekuensi yang tidak menyenangkan yang diberikan setelah perilaku tertentu dilakukan, sehingga perilaku tersebut cenderung dihentikan.
- Penguatan positif
Penguatan positif adalah konsekuensi yang menyenangkan yang diberikan setelah perilaku tertentu dilakukan, sehingga perilaku tersebut cenderung diulang. Misalnya, jika seorang anak mengerjakan PR-nya, maka orang tuanya mungkin akan memberikan pujian atau hadiah kepada anak tersebut. Hal ini akan membuat anak tersebut lebih cenderung untuk mengerjakan PR-nya di masa depan.
- Penguatan negatif
Penguatan negatif adalah konsekuensi yang tidak menyenangkan yang dihilangkan setelah perilaku tertentu dilakukan, sehingga perilaku tersebut cenderung diulang. Misalnya, jika seorang anak berhenti menggigit kukunya, maka orang tuanya mungkin akan berhenti memarahi anak tersebut. Hal ini akan membuat anak tersebut lebih cenderung untuk berhenti menggigit kukunya di masa depan.
- Hukuman positif
Hukuman positif adalah konsekuensi yang tidak menyenangkan yang diberikan setelah perilaku tertentu dilakukan, sehingga perilaku tersebut cenderung dihentikan. Misalnya, jika seorang anak mencuri, maka orang tuanya mungkin akan memukul anak tersebut. Hal ini akan membuat anak tersebut lebih cenderung untuk tidak mencuri di masa depan.
- Hukuman negatif
Hukuman negatif adalah konsekuensi yang menyenangkan yang dihilangkan setelah perilaku tertentu dilakukan, sehingga perilaku tersebut cenderung dihentikan. Misalnya, jika seorang anak tidak mengerjakan PR-nya, maka orang tuanya mungkin akan melarang anak tersebut menonton TV. Hal ini akan membuat anak tersebut lebih cenderung untuk mengerjakan PR-nya di masa depan.
Penguatan dan hukuman merupakan alat yang ampuh untuk mengubah perilaku. Namun, penting untuk menggunakan penguatan dan hukuman secara bijaksana. Penguatan harus diberikan secara konsisten dan tepat waktu, sedangkan hukuman harus diberikan secara adil dan tidak berlebihan. Jika penguatan dan hukuman digunakan secara tidak tepat, maka dapat menimbulkan efek samping yang negatif.
Aplikasi dalam pembelajaran
Teori belajar behavioristik memiliki banyak aplikasi dalam pembelajaran. Beberapa aplikasi tersebut antara lain:
1. Penguatan positif
Penguatan positif dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku siswa yang diinginkan. Misalnya, seorang guru dapat memberikan pujian atau hadiah kepada siswa yang mengerjakan PR-nya tepat waktu. Hal ini akan membuat siswa tersebut lebih cenderung untuk mengerjakan PR-nya tepat waktu di masa depan.
2. Penguatan negatif
Penguatan negatif dapat digunakan untuk mengurangi perilaku siswa yang tidak diinginkan. Misalnya, seorang guru dapat berhenti memberikan perhatian kepada siswa yang berbicara di kelas. Hal ini akan membuat siswa tersebut lebih cenderung untuk berhenti berbicara di kelas di masa depan.
3. Hukuman positif
Hukuman positif dapat digunakan untuk menghentikan perilaku siswa yang tidak diinginkan. Misalnya, seorang guru dapat memberikan teguran atau skorsing kepada siswa yang bolos sekolah. Hal ini akan membuat siswa tersebut lebih cenderung untuk tidak bolos sekolah di masa depan.
4. Hukuman negatif
Hukuman negatif dapat digunakan untuk mengurangi perilaku siswa yang tidak diinginkan. Misalnya, seorang guru dapat melarang siswa yang tidak mengerjakan PR-nya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini akan membuat siswa tersebut lebih cenderung untuk mengerjakan PR-nya di masa depan.
Teori belajar behavioristik dapat menjadi alat yang ampuh untuk membantu guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Namun, penting untuk menggunakan teori ini secara bijaksana dan tepat guna. Penguatan dan hukuman harus diberikan secara konsisten dan adil, serta tidak boleh digunakan secara berlebihan. Jika teori behavioristik digunakan secara tidak tepat, maka dapat menimbulkan efek samping yang negatif.
Kesimpulan
Teori belajar behavioristik adalah salah satu teori belajar yang paling awal dan paling dikenal. Teori ini berfokus pada perilaku yang dapat diamati dan diukur, serta bagaimana perilaku tersebut dipengaruhi oleh lingkungan. Teori behavioristik didasarkan pada keyakinan bahwa perilaku dipelajari melalui proses pengkondisian, baik melalui pengkondisian klasik maupun pengkondisian operan.
Teori belajar behavioristik memiliki banyak aplikasi dalam pembelajaran. Beberapa aplikasi tersebut antara lain penggunaan penguatan positif, penguatan negatif, hukuman positif, dan hukuman negatif. Penguatan dan hukuman dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku siswa yang diinginkan dan mengurangi perilaku siswa yang tidak diinginkan.
Teori belajar behavioristik dapat menjadi alat yang ampuh untuk membantu guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Namun, penting untuk menggunakan teori ini secara bijaksana dan tepat guna. Penguatan dan hukuman harus diberikan secara konsisten dan adil, serta tidak boleh digunakan secara berlebihan. Jika teori behavioristik digunakan secara tidak tepat, maka dapat menimbulkan efek samping yang negatif.
Demikian pembahasan kita tentang teori belajar behavioristik menurut para ahli. Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda. Terima kasih telah membaca!