Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Makalah Ilmu Pendidikan tentang Landasan Pendidikan

 LANDASAN PENDIDIKAN

A.  PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Pengertian ilmu pendidikan tidak terlepas dari dua kata yang dipadukan yaitu ilmu dan pendidikan.  Ilmu adalah Pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu. (Kamus Besar Bahasa Indonesia – Balai Pustaka). Sedangkan Pendidikan yaitu usaha-usaha yang sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak dengan tujuan peningkatan keilmuan, jasmani dan akhlak sehingga secara bertahap dapat mengantarkan si anak kepada tujuannya yang paling tinggi. Agar si anak hidup bahagia, serta seluruh apa yang dilakukannya menjadi bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat. (Mahmud Yunus)

Dengan demikian Ilmu Pendidikan adalah suatu kumpulan ilmu pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan memiliki metode-metode tertentu yang ilmiah untuk menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan bantuan atau didikan yang diberikan oleh orang “dewasa” kepada orang yang “belum dewasa” untuk mencapai kedewasaannya dalam rangka mempersiapkan dirinya untuk kehidupan yang bermakna bagi dirinya, masyarakat dan Pencipta-Nya. Landasan pendidikan adalah asumsi-asumsi yang menjadi dasar pijakan atau titik tolak dalam rangka praktek  pendidikan dan atau studi pendidikan

Dalam hal ini akan dibahas tentang berbagai macam landasan endidikan yang nantinya akan mendasari ilmu pendidikan tersebut.

 

2. RUMUSAN MASALAH

·        Apakah yang dimaksud Ilmu Pendidikan?

·        Apakah yang dimaksud dengan landasan pendidikan?

·        Apa yang dimaksud dengan landasan pendidikan filosofis?

·        Apa yang dimaksud dengan landasan pendidikan sosiologis?

·        Apa yang dimaksud dengan landasan pendidikan cultural?

·        Apa yang dimaksud dengan landasan pendidikan psikologis?

·        Apa yang dimaksud dengan landasan pendidikan IPTEK?

 

3. TUJUAN

 

1). Mengetahui pengertian ilmu pendidikan

2).  Mengetahui pengertian landasan pendidikan

3). Mengetahui pengertian landasan pendidikan filosofis

4). Mengetahui pengertian landasan pendidikan sosiologis

5). Mengetahui pengertian landasan pendidikan cultural

6). Mengetahui pengertian landasan pendidikan psikologis

7). Mengetahui pengertian landasan pendidikan IPTEK

 

B. PEMBAHASAN

Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Beberapa landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk menjemput masa depan.

1. LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN

A. PENGERTIAN LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN

Filsafat telah ada sejak manusia itu ada (Pidarta,2001). Filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philos yang artinya cinta dan Sophia yang artinya kebijaksanaan atau kebenaran. Jadi, filsafat artinya cinta akan kebijaksanaan atau kebenaran. Secara ilmiah filsafat yaitu usaha berpikir radikal dan hasil yang diperoleh dari menggambarkan dan menyatakan suatu pandangan yang menyeluruh secara sistematis tentang alam semesta serta tempat dilahirkannya manusia

Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya, untuk mencapai cita-cita, dan menyiapkan pribadi yang organis guna mencapai tujuan hidup.

Filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam samapai akar-akarnya mengenai pendidikan (Pidarta,2001). Landasan filosofis pendidikan  merupakan suatu sistem gagasan tentang pendidikan dan dedukasi atau dijabarkan dari suatu sistem gagasan filsafat umum yang diajurkan oleh suatu aliran filsafat tertentu. Dalam landasan filosofi pendidikan pun dikenal adanya landasan filosofis pendidikan Idealisme, Realisme, dan Pragmatisme.

B. MACAM-MACAM LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN

  •     Landasan Idealisme

Para filosof  mengklaim bahwa realitas pada hakikatnya bersifat spiritual. Karena manusia itu adalah makhluk yang berpikir, yang memiliki tujuan hidup, dan yang hidup dalam aturan moral yang jelas.

  • Landasan Realisme

Para filosof realisme, memandang bahwa dunia ini adalah materi yang hadir dengan sendirinya, yang tertata dalam hubungan-hubungan di luar campur tangan manusia, pengetahuan itu diperoleh dari pengalaman dan penggunaan akalnya, tingkah laku manusia diatur oleh hukum

·        Landasan Pragmatisme

menekankan pada metode dan sikap lebih dari suatu doktrin filsafat yang sistematis dan menggunakan metode ilmu pengetahuan modern sebagai dasar dari suatu filsafat.

C. PANCASILA SEBAGAI LANDASAN FILSAFAT SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Pasal 2 UU-RI No. 2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam UU-RI No. 2 Tahun 1989, bahwa pembangunan nasioanal termasuk dibidang pendidikan adalah pengamalan pancasila, dan untuk itu pendidikan nasional mengusahakan antara lain: ” Pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi kualitasnya dan mampu mandiri”.  ketetapan MPR-RI No.II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila menegaskan bahwa pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar Negara Republik Indonesia

 

2. LANDASAN SOSIOLOGIS PENDIDIKAN

A. PENGERTIAN LANDASAN SOSIOLOGIS PENDIDIKAN

Individu adalah manusia perseorangan sebagai satu kesatuan yang tak dapat dibagi, unik, dan sebagai subjek otonom. Selo Sumardjan mendefinisikan masyarakat sebagai “orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan. Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai “keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar”.

Landasan sosiologis pendidikan adalah acuan atau asumsi dalam penerapan pendidikan yang bertolak pada interaksi antar individu sebagai mahluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat. contohnya di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

 

B. PERANTARA DAN RUANG LINGKUP  LANDASAN SOSIOLOGIS PENDIDIKAN

Sosialisasi mempersiapkan anak-anak untuk berfungsi sebagai induvidu yang menstransmisikan budaya yang dengan demikian memungkinkan masyarakat untuk berfungsi secara baik. Perantara sosial yang berperan adalah keluarga, teman sebaya, sekolah, media massa seperti televisi.

 

Tabel 1. Efek dari Perantara Sosial

Perantara

Tipe Permasalahan

Efek Sosial

Keluarga

Kemiskinan
Keluarga single-orang tua

Peningkatan ibu yang bekerja
Tekanan pada anak-anak

Tunawisma

Beberapa tren, seperti peningkatan jumlah
ibu dan pilihan memperluas kerja
untuk sebelum-dan setelah-sekolah kegiatan terus
potensi positif, tetapi sebagian besar menempatkan anak-anak pada
risiko kesulitan di sekolah

Teman Sebaya

Popularitas, atletik, daya tarik
lebih penting dari akademisi
Kegiatan Ekstrakurikuler dengan teman sebaya
Bullying

Kegiatan koperasi dapat mengurangi intimidasi
dan hubungan rekan asuh yang mempromosikan
akademisi. Kegiatan ekstrakurikuler cenderung
mempromosikan prestasi akademik.

Sekolah

Aktif peran pelajar membawa risiko
Akomodasi, tawar-menawar,
kompromi, menyontek

Sekolah sering mengajarkan siswa untuk mengurangi
antusiasme mereka dan lebih memilih pasif
belajar.

Media Televisi/Digital

Internet dan televisi menjadi kecanduan bagi para siswa

Televisi dan media lainnya dapat berkontribusi
prestasi akademik, tetapi isinya
dan penggunaan harus direncanakan dengan hati-hati atau mereka
dapat menjadi agen sosialisasi negatif

 

Mengenai ruang lingkup Sosiologi Pendidikan, Brookover mengemukakan adanya empat pokok bahasan berikut:

a.       Hubungan sistem pendidikan dengan sistem social lain

b.      Hubungan sekolah dengan komunitas sekitar,

c.       Hubungan antar manusia dalam sistem pendidikan

d.      Pengaruh sekolah terhadap perilaku anak didik

 

C.  IMPLEMENTASI LANDASAN SOSIOLOGIS PENDIDIKAN DI INDONESIA, JEPANG, DAN AMERIKA

Landasan sosiologi mengandung norma dasar pendidikan yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat yang dianut oleh suatu bangsa. Dalam kehidupan bermasyarakat dibedakan tiga macam norma yang dianut oleh pengikutnya, yaitu: (1) paham individualisme, (2) paham kolektivisme, (3) paham integralistik.

Paham individualisme adalah  bahwa manusia itu lahir merdeka dan hidup merdeka. Paham kolektivisme  adalah memberikan kedudukan yang berlebihan kepada masyarakat dan kedudukan anggota masyarakat secara perseorangan hanyalah sebagai alat bagi masyarakatnya. paham integralistik adalah bahwa masing-masing anggota masyarakat saling berhubungan erat satu sama lain secara organis merupakan masyarakat

 

D. CONTOH LANDASAN SOSIOLOGIS DI BERBAGAI NEGARA

1.        Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia

Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham integralistik yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat: (1) kekeluargaan dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat, (2) kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat, (3) negara melindungi warga negaranya, dan (4) selaras serasi seimbang antara hak dan kewajiban

2.        Landasan Sosiologis Pendidikan di Jepang

Pendidikan Jepang memberikan pada setiap anak dengan kualitas tinggi, pendidikan dasar yang seimbang pada tiga ranah (ilmu pengetahuan, musik, dan seni) melalui 9 tahun wajib belajar. Jepang juga telah berhasil memotivasi siswa untuk belajar dan mengajar mereka kebiasaan belajar yang efektif; menciptakan dan memelihara lingkungan belajar yang produktif

3.    Landasan sosiologis pandidikan di Amerika

Negara Amerika sangat memeperhatikan pembuatan kebijakan pendidikan berdasarkan karakterisitk geografis dan demografis serta factor sejarah.  karakterisitk utama sistem pendidikan Amerika Serikat yang sangat menonjol adalah desentralisasi yaitu  pemerintah pusat tidak memiliki mandar untuk mengontrol atau mengadakan pendidikan untuk masyarakat. Setiap pemerintah federal.

Amerika Serikat memiliki tujuan pendidikan secara umum yaitu (Syah Nur, 2002)

a.       Untuk mencapai kesatuan dalam kebinekaan

b.      Untuk mengembangkan cita-cita dan praktek demokrasi

c.       Untuk membantu pengembangan individu

d.      Untuk memperbaiki kondisi social masyarakat

e.       Untuk mempercepat kemajuan social.

 

Berdasarkan pembahasan  dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.        Landasan pendidikan adalah asumsi-asumsi yang menjadi dasar pijakan atau titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.

2.        Teori-teori yang mendasari berkembangnya sosiologi pendidikan adalah: (1) Teori Struktural Fungsional, (2) Teori Konflik, (3) Teori Fenomenologi, dan (4) Teori Interaksi Simbol.

3.        Landasan sosiologis pendidikan adalah acuan atau asumsi dalam penerapan pendidikan yang bertolak pada interaksi antar individu sebagai mahluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

4.        Perantara landasan sosiologis pendidikan diantaranya, yaitu: (1) Keluarga, (2) teman sebaya, (3) Budaya Sekolah, (4) Televisi dan Media Digital.

5.        Implementasi landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham integralistrik dan multicultural, sementara di Jepang berasaskan kesamaan hak asasi dan monocultural homogen, dilain pihak

 di Amerika berasaskan ideologi dan letak geografis wilayah.

6.        Implementasi landasan sosiologis pendidikan pada pembelajara fisika cenderung menganut paham konstruktivistik, yaitu dengan memasukkan kearifan sosial dan budaya lokal dalam proses pembelajaran fisika.

 

3.  LANDASAN KULTURAL PENDIDIKAN

Dalam UU-RI No. 2 Tahun 1989  Pasal 1 Ayat 2 ditegaskan bahwa yang dimaksudkan dengan Sistem Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaanbangsa Indonesia dan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

A. PENGERTIAN LANDASAN KULTURAL 

Kebudayaan dalam arti luas tersebut dapat berwujud :

1)     Ideal seperti ide, gagasan, nilai, dan sebagainya.

2)     Kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan

3)     Fisik yakni benda hasil karya manusia.

Contoh kebudayaan misalnya, setiap masyaratkat mempunyai persamaan dan perbedaan dalam berpakaian. Dalam kaitan dengan pakaian, anak harus mempelajari dari anggota masyarakat yang lain tentang cara menggunakan pakaian tertentu dari dalam peristiwa apa pakaian tertentu dapat dipakai. Dengan mempelajari tingkah laku yang dapat diterima dan kemudian menerapkan sebagai tingkah lakunya sendiri menjadikan anak sebagai anggota masyarakat.

Pada masyarakat primitive, transmisi kebubayaan dilakukan secar informal dan nonformal, sedangkan pada masyarakat yan  telah maju transmisi kebudayaan dilakukan secara informal, nonformal dan formal. Pemindahan kebudayaan secar formal ini melalui lembaga-lembaga social, utamanya sekolah

 

B.  KEBUDAYAAN NASIONAL SEBAGAI  SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL (SISDIKNAS)

 

sisidiknas adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia (UU-RI No. 2/1989) Pasal 1 Ayat 2. Salah satu upaya penyesuaian pendidikan jalur sekolah dengan keragaman latar belakng social budaya di Indonesia adalah dengan memberlakukan muatan local di dalam kurikulum sekolah, utamanya di sekolah dasar (SD). Hal ini haruslah dilaksanakan dalam kerangka pemantapan kesatuan dan persatuan bangsa dan negara Indonesia sebagai sisi ketunggal ika-an.

Sebagai salah satu faktor yang ikut menentukan kelangsungan hidup suatu masyarakat adalah kesanggupan dan kemampuan anggotanya untuk mendukung nilai-nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Pada dasarnya pendidikan merupakan unsur dan peristiwa budaya. Pendidikan memiliki tiga peran, sebagai pewarisan, sebagai pemegang peran dan sebagai pemberi kortribusi.

 

C. CONTOH KEBUDAYAAN KULTURAL PENDIDIKAN DI BERBAGAI BIDANG

A.      Kebudayaan dan sekolah

Menurut Otto Klinerberg (1954) bahwa kegagalan kelompok minoritas umumnya bukan disebabkan semata-mata oleh ras, atau suku namun disebabkan oleh budaya tradisi mereka.

B.      Prasangka dan pertentangan di berbagai kelompok budaya

prasangka negatif di antara sesama kelompok dan hal ini berpengaruh terhadap pendidikan.

C.       Stereotipe

Keefektifan dalam pengajaran timbul dan siswa akan lebih terbimbing, serta kesegaran dan rasa takut berkurang jika guru menunjukkan stereotipe yang menyenangkan.

D.      Pelatihan budaya untuk pendidikan

menuntut adanya kepelatihan budaya bagi pendidik agar ia mampu menghubungkan nilai-nilai budaya dengan pengajaran dan proses pengajaran.

 

4. LANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN

            Psikologi adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. Psikologi juga merupakan suatu disiplin ilmu berobjek formal perilaku manusia, yang berkembang pesat sesuai dengan perkembangan perilaku manusia dalam berbagai latar.

A.     PENGERTIAN LANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN

Psikologi berasal dari kata Yunani “psyche” yang artinya jiwa. Logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi psikologi berarti : “ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya”. Namun pengertian antara ilmu jiwa dan psikologi sebenarnya berbeda atau tidak sama (menurut Gerungan dalam Khodijah : 2006) karena :

  • Ilmu jiwa adalah : ilmu jiwa secara luas termasuk khalayan dan spekulasi tentang jiwa itu.
  • Ilmu psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh secara sistematis dengan metode-metode ilmiah

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari gejala kejiwaan yang ditampakkan dalam bentuk perilaku baik manusia ataupun hewan yang pemanfaatannya untuk kepentingan manusia ataupun aktivitas-aktivitas individu baik yang disadari ataupun yang tidak disadari yang diperoleh melalui suatu proses atau langkah-langkah ilmiah tertentu serta mempelajari penerapan dasar-dasar atau prinsip-prinsip, metode, teknik, dan pendekatan psikologis untuk memahami dan memecahkan masalah-masalah dalam pendidikan.  Kondisi psikologis adalah kondisi karakteristik psikofisik manusia sebagai individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk perilaku dalam interaksinya dengan lingkungan. Perilaku merupakan manifestasi dari ciri-ciri kehidupan baik yang tampak maupun tidak tampak à perilaku kognitif, afektif, psikomotor.

B.     CABANG PSIKOLOGIS

  1. Psikologi Perkembangan

Psikologi perkembangan membahas perkembangan individu sejak masa konsepsi sampai dengan dewasa (proses belajar dan pematangan) melalui interaksi dengan lingkungan, meliputi :

  • Kemampuan belajar melalui persepsi
  • Mencapai pertimbangan berdasarkan pengalaman
  • Berpikir imajinatif, kreatif, dan mencari sendiri

v  Hal-hal yang harus diperhatikan dalam psikologi perkembangan :

  • Siswa selalu berkembang (developing, changing, becoming, ongoing)
  • Manusia merupakan mahluk unik, memiliki sejumlah kemampuan yang terintegrasi menjadi sesuatu yang khas

v  tiga teori atau pendekatan tentang Perkembangan (Nana Syaodih, 1988) :

  • Pendekatan Tahapan
  1. Bersifat Menyeluruh

keseluruhan pribadi yang merupakan kesatuan, totalitas, dan terintegrasi (Fisik, motorik, Intelek, Sosial dan bahasa)

 Beberapa tokoh yang mengemukakan teori perkembangan :

·        Crijns (tt)

-          Umur 0 – 2     : tahun disebut masa bayi

-          Umur 2 – 4 : tahun disebut masa kanak-kanak

-          Umur 5 – 8 : tahun disebut masa dongeng

-          Umur 9 – 13    : tahun disebut Masa Robinson Crusoe (nama seorang petualang)

-          Umur 13     : tahun disebut masa Pubertas pendahuluan.

-          Umur 14 – 18 : tahun disebut masa Puber

-          Umur 19 – 21 : tahun disebut masa adolesen.

-          Umur 21 tahun ke atas disebut masa dewasa

·        J.J. Rousseau à

-          Masa bayi (0 – 2 tahun)à perkembangan fisik

-          Masa anak (2 – 12 tahun)à perkembangan sebagai manusia primitive

-          Masa remaja awal (12 – 15 tahun) à perkembangan intelektual dan nalar pesat

-          Masa remaja (15 – 25 tahun) à masa hidup sebagai manusia beradab

·        G. Stanley Hall à, teori rekapitulasi

-          Masa kanak (0 – 4 tahun)à masa kehidupan sebagai binatang melata (merangkak) & berjalan

-          Masa anak (4 – 8 tahun)à masa manusia pemburu

-          Masa puber (8 – 12 tahun) à masa manusia belum beradab

-          Masa remaja (12/13 tahun – dewasa) masa manusia beradab

·        R.J. Havighurst à problema yang harus dipecahkan tiap fase

-          Tugas perkembangan masa kanak-kanak.

-          Tugas perkembangan masa anak.

-          Tugas perkembangan masa remaja.

-          Tugas perkembangan masa dewasa awal.

-          Tugas perkembangan masa setengah baya.

-          Tugas perkembangan orang tua.

 

2.      Bersifat Khusus

  • Piaget à perkembangan dari kemampuan kognitif

-          Tahap sensorimotor, usia 0 – 2 tahun

-          Tahap praoperasional, usia 2 – 4 tahun

-          Tahap konkret operasional, usia 7 – 11 tahun

-          Tahap formal operasional, usia 11 – 15 tahun

·        L. Kohlberg à perkembangan moral kognitif

-          Tahap Pra konvensi : menghindari hukuman – mendapat ganjaran ; sebagai alat kepentingan pribadI.

-          Tahap konvensi : berupaya menjadi orang baik ; mengikuti peraturan / hukum formal

-          Tahap pasca konvensi : menganut norma berdasarkan persetujuan masyarakat ; mengikuti kata hati

·        Erik H. Erikson à perkembangan psikososial/aspek afeksi

-          Bersahabat vs menolak pada umur 0 – 1 tahun.

-          Otonomi vs malu dan ragu-ragu pada umur 1 – 3 tahun.

-          Inisiatif vs perasaan bersalah pada umur 3 – 5 tahun.

-          Perasaan produktif vs rendah diri pada umur 6 – 11 tahun.

-          Identitas vs kebingungan pada umur 12 – 18 tahun.

-          Intim vs mengisolasi diri pada umur 19 – 25 tahun.

-          Generasi vs kesenangan pribadi pada umur 25 – 45 tahun.

-          Integritas vs putus asa pada umur 45 tahun ke atas.

 

  • Pendekatan diferensial

memandang individu-individu itu memiliki kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan. 

·        Pendekaran ipsatif

Pendekatan yang berusaha melihat karakteristik individual dari individu. 

3.      Psikologi Belajar

Belajar diartikan terjadinya perubahan perilaku ke arah positif melalui pengalaman.Menurut Gagne prinsip belajar dapat dilakukan perubahan yang berkenaan dengan kapabilitas individu. Sedangkan menurut Hilgard & Bower, perubahan terjadi karena interaksi dengan lingkungan sebagai reaksi terhadap siatuasi yang dihadapi.

Morris L. Bigge membagi menjadi 3 teori belajar :

  • Teori disiplin mental (disiplin mental theistik, disiplin mental humanistik, naturalisme, apersepsi)
    • Secara herediter anak mempunyai potensi tertentu
    • Belajar merupakan upaya mengembangkan potensi-potensi tersebut
  • Teori behaviorisme (Teori S-R Bond (Thorndike), Conditioning (Guthrie), Reinforcement (Skinner)
    • Anak tidak membawa potensi apapun dari lahirnya
    • Perkembangan ditentukan oleh faktor yang berasal dari lingkungan
    • Bersifat pasif
  • Cognitive Gestalt Field (Insight / Gestalt Field, Goal Insight,
    Cognitive Field)
    • Menekankan pada unity, wholeness, integrity (keterpaduan)
    • Bersifat aktif

 

4.      Psikologi Sosial

    Psikologi Sosial adalah psikologi yang mempelajari psikologi seseorang di masyarakat, yang mengkombinasikan cirri-ciri psikologi dengan ilmu sosial untuk mempelajari pengaruh masyarakat terhadap individu dan antar individu (Hollander, 1981).

Pembentukan kesan pertama terhadap orang lain memilki tiga kunci utama yaitu:

  • Kepribadian orang itu
  • Perilaku orang itu
  • Latar belakang situasi

2.      KESIAPAN BELAJAR DAN ASPEK-ASPEK INDIVIDU

    Kesiapan belajar secara umum adalah kemampuan seseorang untuk mendapatkan keuntungan dari pengalaman yang ia temukan. Pelengkap peserta didik atau warga belajar sebagai subjek garis besarnya dapat dibagi menjadi lima kelompok yaitu:

  • Watak, ialah sifat yang dibawa sejak lahir
  • Kemampuan umum(IQ), ialah kecerdasan yang bersifat umum
  • Kemampuan khusus atau bakat, ialah kemampuan tertentu yang dibawa sejaklahir
  • Kepribadian, ialah penampilan seseorang secara umum
  • Latar belakang, ialah lingkungan tempat dibesarkan terutamam lingkungan keluarga

Aspek-aspek individu yang akan dikembangkan adalah

a. Rohani

  • Umum: Agama, perasaan, kemauan, pikiran
  • Sosial : Kemasyarakatan, cinta tanah air 

b. Jasmani

  • Keterampilan
  • Kesehatan
  • Keindahan tubuh

 

5. LANDASAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI (IPTEK)

Terdapat dua landasan lain yang erat kaitannya dalam setiap upaya pendidikan, yakni landasan psikologis dan landasan iptek. Landasan psikologis akan membekali pemahaman para pendidik mengenai perkembangan peserta didik, sedangkan landasan iptek akan membekali para pendidik mengenai sumber bahan ajaran

A. PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI  (IPTEK)

Pengetahuan (knowledge) adalah segala sesuatu yang diperoleh melalui berbagai cara penginderaan terhadap fakta, penalaran (rasio), intuisi, dan wahyu. Ilmu merupakan pengetahuan khusus dimana seseorang mengetahui apa penyebab sesuatu dan mengapa.

v  Persyaratan ilmiah :

a.       Obyektif.

 Ilmu harus memiliki obyek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam

b.      Metodis

 upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan

c.       Sistematis

 ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut obyeknya

d.      Universal

Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu)

Ahmad Sanusi (Dalam Made Pidarta, 1997:9-10) mengemukakan syarat-syarat ilmu, sebagai berikut :

  1.  Ada objek material dan objek formal
  2.  Ada metode kerja yang bersifat inquiry
  3.  Ada ruang lingkup kajian
  4.  Berhasil menciptakan istilah-istilah dengan pengertian khusus
  5.  Berhasil menemukan dan membentuk konsep dalil, paradigma dan hukum yang berlaku umum sehingga terjelma systematic body.
  6.  Ada objektifitas atau keterbukaan untuk pengujian
  7. Konsep/teori tersebut punya kekuatan sebagai dasar dan alat mengidentifikasi masalah dengan spesifik dan teratur
  8. Konsep/dalil/teori telah mempunyai kekuatan sebagai dasar atau alat untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan
  9.  Konsep/teori itu sebagai asar atau alat untuk memprediksi, menyelesaikan masalah dan mengendalikan.

Dilihat dari tujuan pokoknya, ilmu sering dibedakan menjadi ilmu dasar dan ilmu terapan. Ilmu dasar (basic science) digunakan untuk kemajuan ilmu itu sendiri, sedangkan ilmu terapan (applied science) digunakan untuk mengatasi dan memajukan kesejahteraan manusia sehinga tercapai kehidupan yang lebih baik. Hasil dari ilmu terapan ini kemudian ditransformasikan menjadi bahan, alat, prosedur kerja, yang mana kegiatan ini disebut pengembangan (development). Tindak lanjut dari hasil kegiatan pengembangan itulah yang disebut dengan teknologi. (Jujun S. Suriasumantri, 1978, 63-64).

B. PERKEMBANGAN  IPTEK SEBAGAI LANDASAN ILMIAH

Dalam pendidikan di Indonesia, landasan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan ilmiah sebenarnya telah diamanatkan dalam pasal 36 ayat 3 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, yakni Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:

a). peningkatan iman dan takwa;

b). peningkatan akhlak mulia;

c). peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;

d). keragaman potensi daerah dan lingkungan;

e). tuntutan pembangunan daerah dan nasional;

f). tuntutan dunia kerja;

g). perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;

h). agama;

i). dinamika perkembangan global; dan

j). persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.

Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional juga mulai menggalakkan pemakaian teknologi informasi dan komunikasi (ICT) dalam proses pembelajaran menggantikan proses pembelajaran yang konvensional, diantaranya penggunaan E-Education melalui Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas).

KESIMPULAN :

Pendidikan yang berkaitan erat dengan proses penyaluran pengetahuan haruslah mendapat perhatian yang proporsional dalam mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.


C.     SIMPULAN DAN SARAN

1). Ilmu Pendidikan adalah suatu kumpulan ilmu pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan memiliki metode-metode tertentu yang ilmiah untuk menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan bantuan atau didikan yang diberikan oleh orang “dewasa” kepada orang yang “belum dewasa” untuk mencapai kedewasaannya dalam rangka mempersiapkan dirinya untuk kehidupan yang bermakna bagi dirinya, masyarakat dan Pencipta-Nya.

2).  Landasan pendidikan adalah asumsi-asumsi yang menjadi dasar pijakan atau titik tolak dalam rangka praktek  pendidikan dan atau studi pendidikan

3). Landasan filosofis pendidikan  merupakan suatu sistem gagasan tentang pendidikan dan dedukasi atau dijabarkan dari suatu sistem gagasan filsafat umum yang diajurkan oleh suatu aliran filsafat tertentu

4). Landasan sosiologis pendidikan adalah acuan atau asumsi dalam penerapan pendidikan yang bertolak pada interaksi antar individu sebagai mahluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat. contohnya di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

5). Landasan Kultural adalah landasan yang bergantung pada norma dasar pendidikan yang bersumber dari norma kehidupan berbudaya yang dianut oleh suatu bangsa.

6). Landasan psikologi pendidikan adalah landasan pendidikan yang bergantung pada ilmu kejiwaan atau psikologi

7). Landasan IPTEK pendidikan adalah yang berkaitan erat dengan proses penyaluran pengetahuan haruslah mendapat perhatian yang proporsional dalam mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi


close