Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tata Cara Penulisan Karya Ilmiah

 

A.  Penulisan karya ilmiah

 

Tahap Penyusunan  Karya Ilmiah menurut Arifin (Nasucha dkk., 2009: 66):  

 

a.  Tahap Persiapan

1)     Penentuan Topik

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih topik (Akhadiah, 1999):

a)          ada manfaatnya (dapat memberikan sumbangan bagi ilmu yang ditekuni atau bagi perkembangan ilmu) dan layak untuk dibahas (sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni penulis);

b)          menarik, terutama bagi penulis;

c)           dikenal baik oleh penulis;

d)          bahan yang diperlukan dapat diperoleh cukup memadai; dan

e)           tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit.

 

2)     Penentuan Judul

ð Judul = label atau nama suatu karangan

ð Judul hendaknya tidak berupa kalimat, melainkan berbentuk frasa

ð Judul harus sesuai dengan topik karangan dan dinyatakan secara jelas (tidak bermakna ganda)

ð Penentuann judul dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan:

ð masalah apa

ð mengapa

ð Bagaimana

ð di mana

ð kapan

 

masalah apa : gas karbonmonoksida (CO)

 mengapa        : mencemari

ð Gas Karbondioksida mencemari  (X)

ð Pencemaran Gas Karbonmonoksida (CO).

 di mana        : di Kota Kebumen

kapan            : tahun 2016.

 

Berdasarkan masalah apa, mengapa, di mana, dan kapan, maka karya ilmiah tersebut dapat diberikan judul: Pencemaran Gas Karbonmonoksida (CO) di Kota Kebumen tahun 2016.

 

Adakalanya judul disertai pula dengan subjudul yang tujuannya untuk membatasi judul dan memberikan keterangan pada judul utama. Oleh karena itu, antara judul utama dan subjudul harus disertai tanda titik dua. Misalnya, Pencemaran Gas Karbonmonoksida (CO) di Kota Kebumen Tahun 2016: Penyebab dan Solusinya.

 

3)      Pembuatan Kerangka karangan

Fungsi kerangka karangan di antaranya adalah:

a)          Mempermudah pengarang menuliskan karangannya;

b)          Mencegah pengarang mengolah ide sampai dua kali;

c)          Memberi fokus/arah sehingga tidak keluar dari sasaran;

d)          Membantu pengarang mengatur karangannya; dan

e)          Sebagai miniatur dari keseluruhan karangan.

Pola Penyusunan Kerangka Karangan:

a)     Pola Alamiah

(1)       Urutan Ruang

(2)       Urutan Waktu

b)     Pola Logis

(1)       Klimaks – Antiklimaks

(2)       Sebab – Akibat

(3)       Pemecahan Masalah

(4)       Umum – Khusus

 

b.  Tahap Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan peristiwa, mencari informasi melalui wawancara dengan informan, mencari informasi melalui pencatatan dokumen dalam kartu data, melakukan eksperimen di laboratorium, melakukan rekaman audio atau audio visual, dan catatan lapangan yang lengkap yang diperlukan dalam tahap-tahap penelitian selanjutnya.

 

c.  Tahap Pengorganisasian atau Pengonsepan

Jika data sudah terkumpul, peneliti menyeleksi data tersebut. Selanjutnya, data digolong-golongkan berdasarkan sifat, jenis, atau bentuk. Peneliti menentukan pula data yang akan dipergunakan dalam penelitian selanjutnya dan menyimpan data lain yang mungkin diperlukan dalam tahap penelitian berikutnya (reduksi data). Setelah tahap reduksi data dirasa cukup, meneliti melakukan analisis data sesuai dengan permasalahan penelitian.

 

d.  Tahap Penyuntingan Konsep

Sebelum mengetik konsep, peneliti harus memeriksa data yang sudah dianalis tersebut. Hal-hal yang tidak koheren atau penjelasan yang berulang-ulang dapat diedit. Pada tahap ini, kalau peneliti merasa ada bagian yang kurang, maka bagian tersebut dapat diperbaiki dengan tambahan-tambahan informasi yang diperlukan. Tahap ini juga termasuk perbaikan segi kebahasaan penelitian tersebut.

 

e.  Tahap Penyajian

Dalam tahap penyajian, peneliti siap menyusun karya ilmiah tersebut untuk dibaca orang lain. Penataan segi teknis dan materi harus diperhatikan dengan cermat oleh penulis.

 

 

 

2.  Sistematika Penulisan

Format penyajian karya tulis ilmiah sampai sekarang belum ada yang baku. Pedoman yang dapat digunakan setiap lembaga berbeda-beda. Oleh karena itu, kita dapat menggunakan aturan tertentu di mana kita berada atau karya tulis diperuntukkan.

Meskipun berbeda dalam format penulisannya, penyajian sebuah karya tulis ilmiah tetap sama, yaitu logis dan empiris. Logis artinya masuk akal, sedangkan empiris artinya dibahas secara mendalam berdasarkan kegiatan ilmiah, yaitu ada latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, kerangka teori, kerangka berpikir, hipotesis, metodologi, analisis, dan uji hipotesis. 

Contoh sistematika penulisan karya ilmiah:

1)   KATA PENGANTAR (huruf kapital semua)

2)   DAFTAR ISI (huruf kapital semua)

3)   DAFTAR TABEL (huruf kapital semua)

4)   DAFTAR GAMBAR (huruf kapital semua)

5)   JUDUL BAB, yakni BAB I, II, III, IV, V (huruf kapital semua)

6)   Subjudul (awal kata menggunakan huruf kapital, kecuali kata tugas)

7)   DAFTAR PUSTAKA (huruf kapital semua)

8)   LAMPIRAN (huruf kapital semua)

3.  Kutipan

1) Kutipan dapat dilakukan dengan teknik kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung dengan tetap mencantumkan sumbernya.

2) Kutipan-kutipan langsung yang berasal dari karya tulis orang lain harus disalin kata demi kata dan diidentifikasi sumbernya sehingga pembaca dapat melihat pada daftar pustaka.

a)   Kutipan pendek (kurang dari lima baris) dimasukkan dalam teks dan diberi tanda kutip.

Contoh:

Musfiroh (2005: 169) berpendapat bahwa “Dunia bercerita ibarat hutan belantara. Menarik tetapi segelintir saja yang menjamahnya.”

b)   Kutipan yang terdiri dari lima baris atau lebih, ditulis sebagai bagian tersendiri tanpa tanda kutip. Kutipan dimulai pada baris baru dan diketik masuk ke dalam sebanyak lima ketukan dari margin kiri, serta ditulis dengan spasi 1.

Contoh :

Mengenai klimaks cerita, Musfiroh (2005: 45) menyatakan bahwa:

Klimaks adalah penentuan cerita, seru, dan mendebarkan. Untuk tidak menimbulkan kesan mengeksploitasi emosi anak, dan untuk menghindari perkutatan puncak perseteruan, cerita untuk anak TK sebaiknya tidak multiklimaks. Cerita harus diakhiri secara tradisional, yakni kemenangan bagi tokoh utama yang dibebani amanat dan kekalahan bagi lawannya. Akan lebih baik jika penyelesaian berisi kondisi yang kembali stabil karena tokoh jahat menyadari kesalahannya.

3) Kutipan langsung harus ditulis sesuai dengan kata-kata, ejaan, dan tanda baca yang terdapat pada sumber aslinya, meskipun sumbernya sendiri tidak tepat. Jika ejaan, tanda baca, atau tata bahasa dalam sumber yang dikutip tidak benar dan membingungkan, selipkan kata sic! dalam kurung [sic!] langsung di belakang kesalahan kutipan.

     Contoh:

    “... dalam karya tulis ini kami selalu berusaha mencari bentuk kata yang mengandung makan [sic!] sentral/distribusi yang terbanyak ....”

4) Jika karangan ditulis oleh dua orang, semua nama penulis dicantumkan setiap kali mengutip karangan tersebut.

5) Untuk karangan yang ditulis oleh tiga sampai dengan lima orang, semua nama dikutip pada penulisan referensi pertama kali. Selanjutnya cukup dengan nama pengarang pertama diikuti dengan tulisan et al (untuk pengarang asing) atau dkk. (untuk pengarang Indonesia).

    Contoh kutipan pertama:

    William, Jones, Smith, Bradner, dan Tarington (1983) mengemukakan ….

    Kutipan berikutnya:

    Wiliam et al (1983) mengemukakan ….     

6) Untuk karangan yang ditulis oleh enam orang atau lebih, hanya dikutip nama keluarga orang pertama diikuti dengan et al dan tahun penerbitan.

 

4.  Penulisan Daftar Pustaka

Urutan penulisan daftar pustaka/sumber pustaka yang dipakai sebagai referensi adalah sebagai berikut.

Nama Pengarang.
(Tahun Terbit). Judul Buku. Tempat Terbit: Penerbit.

 

Jika keterangan sumber/buku yang diacu tidak cukup dituliskan dalam satu baris, maka baris kedua dan selanjutnya ditulis menjorok ke dalam.

 

1)   Nama Pengarang

a)   Nama pengarang ditulis lengkap seperti dalam buku, tetapi gelar kesarjanaan tidak dicantumkan.

b)   Nama pengarang dibalik, ditulis dengan menyebutkan nama akhir terlebih dahulu diikuti tanda koma, kemudian diikuti nama pertama.

c)    Jika nama pengarang merupakan editor, maka ditambahkan singkatan Ed. dalam kurung di belakangnya.

d)   Jika pengarang terdiri dari dua orang, maka ditulis semua dan dipisahkan dengan kata dan. Nama pengarang yang dibalik susunannya hanya nama pengarang yang pertama (untuk nama pengarang asing).

e)    Jika nama pengarang terdiri dari tiga sampai dengan lima orang, ditulis nama pengarang pertama saja, lalu diikuti singkatan et al atau dkk.

f)     Jika beberapa buku ditulis satu pengarang, disusun berdasarkan tahun publikasinya. Nama pengarang cukup ditulis sekali pada penyebutan buku pertama.  Pada buku kedua dan seterusnya nama pengarang digantikan dengan garis sepanjang nama di atasnya.

2)   Tahun Terbit

a)   Letaknya sesudah nama pengarang dan diikuti tanda titik.

b)   Jika mengacu beberapa buku yang ditulis oleh satu pengarang dan tahunnya sama, maka urutan penulisan didasarkan pada abjad judul buku. Sebagai pembeda digunakan huruf a, b, c, dst. Misalnya:

Keraf, Gorys. 1980a. Argumentasi dan Narasi. Ende: Nusa Indah.

-----------------. 1980b. Komposisi. Ende: Nusa Indah.

c)    Jika beberapa buku ditulis satu orang pengarang diterbitkan pada tahun yang berbeda, maka urutan penulisan didasarkan pada tahun terbit. Misalnya:

Azwar, Saifudin. 1987. Tes Prestasi. Yogyakarta: Liberty.

---------------------. 1988. Sikap Manusia dan Pengukurannya. Yogyakarta: Liberty.

d)   Jika tidak ada tahun terbit maka ditulis Tanpa Tahun. Misalnya :

Nasution , Anwar. Tanpa Tahun. Analisis Keuangan.

3)   Judul Buku

a)   Judul buku ditempatkan sesudah tahun terbit dan ditulis dengan cetak miring atau diberi garis bawah (garis bawah bukan berupa  satu garis  lurus, melainkan hanya pada setiap kata).

b)  Sumber tertulis yang belum diterbitkan, ditulis dalam tanda petik dan cetak miring atau diberi garis bawah setiap kata.  Misalnya:

Saputra,  Andi. 2000. “Sistem Penjualan Kredit pada PT Indo Raya Elektrika”. Skripsi S-1. Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah Mada.

c)   Nomor cetakan, edisi, atau jilid dicantumkan setelah judul buku. Misalnya:

Halim, Abdul. 1997. Auditing 1. Edisi ke-2. Yogyakarta: BPFE.

 

Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi ketiga cetakan kelima. Jakarta: Balai Pustaka.

 

4)   Tempat Terbit dan Penerbit

a)   Tempat terbit dituliskan nama kota tempat buku tersebut diterbitkan diakhiri tanda titik dua (:).

b)  Penerbit dituliskan di belakang kota (tempat terbit) diakhiri tanda titik.

5)   Sumber Internet

Kutipan yang diambil dari internet harus disebutkan alamat website dan tanggal pengunduhannya. Misalnya:

Ghaith, Ghazi. 2002. Writing. University of Beirut. Diunduh dari http://nadabs. tripod.com/ghaith-writing.html pada tanggal 10 September 2005.


 

 

REFERENSI

 

Akhadiah. 1999. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga

 

Arifin, Zaenal. 2003. Dasar-dasar Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Grasindo.

 

Nasucha, Yakub, dkk. 2009. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Media Perkasa.

 

Sudjana, Nana. 2001. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung: Sinar baru Algesindo.

 

Suyanto dan Jihad, Asep. 2009. Betapa Mudah Menulis Karya Ilmiah. Yogyakarta: Penerbit Eduka.

 

Tim Penulis Bahasa Indonesia UT-ASMI. 2002. Buku Materi Pokok Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Penerbitan UT.

 

Winarni, Retno. 2009. Bahasa Indonesia. Salatiga: Widya Sari.

 

 

close