Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Aksi Nyata Manusia Indonesia Bagi Saya - Filosofi Pendidikan Indonesia

01.01.2-T3-7 Aksi Nyata - Manusia Indonesia bagi Saya

Mahasiswa membuat sebuah tulisan reflektif dalam bentuk artikel atau jurnal untuk menguatkan pemahaman tentang identitas manusia Indonesia dengan mengacu pada panduan berikut:

        1. Mahasiswa mengobservasi secara kritis tanda dan simbol yang ada di ekosistem sekolah dan proses pembelajaran tentang penghargaan dan penghayatan terhadap kebhinekatunggalikaan;
        2. Mahasiswa menuliskan secara kritis bagaimana penghayatan nilai-nilai Pancasila yang ada di sekolah menguatkan identitas manusia Indonesia.

PENANAMAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MEWUJUDKAN PROFIL PELAJAR PANCASILA DI SEKOLAH

 

Nilai dasar Pancasila merupakan asas-asas yang diterima warga negara sebagai dalil yang mutlak serta sebagai kebenaran yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Nilai-nilai dasar dari Pancasila ini diantaranya adalah Nilai Ketuhanan, Nilai Kemanusiaan, Nilai Persatuan, Nilai Kerakyatan, dan Nilai Keadilan. Pendidikan adalah suatu proses yang meliputi tiga dimensi,individu, masyarakat individu atau masyarakat nasional dan semua isi relitas, baik material maupun spiritual, yang memiliki peran menentukan dalam menentukan alam,takdir, bentuk manusia dan masyarakat yang bermain. Pendidikan lebih dari sekedar mengajar, dapat digambarkan sebagai proses menanamkan pengetahuan, mentransformasikan nilai-nilai dan pengembangan kepribadian dalam segala aspeknya. Perpaduan semua unsur baik siswa, guru maupun orang tua yang bekerjasama dalam menciptakan komunitas yang baik melalui pendidikan yang berkualitas, menjadikan sebuah sekolah memiliki sistem yang khas, jati diri serta kultur atau budaya yang khas pula. Sebuah sekolah harus mempunyai misi dalam menciptakan budaya sekolah yang menyenangkan, kreatif, inovatif, integratif dan dedikatif terhadap pencapaian visi. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka dibutuhkan adanya kesadaran dan motivasi terutama dari warga sekolah. Apalagi lingkungan sekolah yang merupakan salah satu tempat di mana siswa berinteraksi dan melakukan proses sosialisasi nilai, pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Pendidikan juga merupakan kegiatan dengan maksud atau tujuan tertentu, yang di tunjukan untuk mewujutkan seluruh potensi manusia, baik sebagai pribadi maupun sebgai masyarakat. Dengan proses semacam ini suatu bangsa atau negara dapat mewarisi nilai-nilai agama dan budaya, nilai- tersebut terkandung dalam pancasila. Nilai yang terkandung dalam pancasila dapat diimplementasikan kepada anak untuk meningkatkan pola berfikir mereka, nilai pancasila yang diterapkan kepada anak ini sangat penting untuk membentuk pemahaman anak terhadap perilaku dan tingkah laku mereka, dalam melakukan kegiatan sehari-hari anak agar tidak terlepas dari nilai Pancasila, nilai yang terkandung dalam pacasila yaitu nilai ketuhanan , nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan , dan nilai keadilan.

Pancasila sebagai dasar negara mengandung makna bahwa nilai-nilai pancasila harus menjadi landasan dan pedoman dalam membentuk dan menyelenggarakan negara, termasuk menjadi sumber dan pedomaman dalam pembentukan peraturan perundang-undangan dan mencerminkan nilai pancasila. Didalam nilai pancasila tersebut terdapat berbagai nilai-nilai yang harus diterapkan kepada anak untuk membentuk pola pikir anak yang, seiring dengan perjalan nya waktu dan sejarah bangsa, kini apa yang telah diperjuangkan para pendiri dan pendahulu bangsa telah menghadapi batu ujian keberlangsungannya. Globalisasi dan euphoria reformasi yang sarat dengan semangat perubahan, telah mempengaruhi pola pikir, pola sikap dan pola tindak generasi penerus bangsa dalam menyikapi berbagai permasalahan kebangsaan. Di era sekarang ini pemahaman nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila lama semakin lama makin terkikis bahkan dilupakan juga oleh penerus generasi bangsa seperti contoh tedapat pada anak SD, pola pikir mereka mengenai nilai pancasila yang serang sudah berkurang.

Maka sekolah sebagai sebuah institusi perlu dikelola dengan cara-cara pengelolaan yang baik dan tepat. Penguatan nilai-nilai pancasila kepada peserta didik sekolah dasar dapat dimulaidengan hal-hal yang sederhana dan dapat dilakukan secara berkala, diantaranya:

1.    Pembiasaan sholat dhuha berjamaah Kegiatan shalat berjamaah ini wajib dilaksanakan karena untuk melaksanakan perintah Allah Swt, juga mendidik siswa untuk menjadi taat dengan aturan agama.


2.    Pembiasaan sholat dzuhur berjamaah Kegiatan shalat berjamaah ini wajib dilaksanakan, karena untuk melaksanakanperintah Allah Swt, juga mendidik siswa untuk menjadi taat dengan aturan agama.

3.    Pembiasaan Membaca Buku Bacaan sebelum melakukan kegiatan Pembelajaran

4.    Pemilihan ketua kelas Berdasarkan observasi menunjukan bahwa dalam Proses pemilihan ketua kelas biasanya dilakukan secara voting atau menggunakan musyawarah mufakat dengan bimbingan dari guru kelas.

5.    Jum’at bersih dan Jum’at sehat, dengan harapan selain menjaga kebersihan lingkungan sekolah, diharapkan para siswa dapat terbiasa bekerja sama untuk menyelesaikan pekerjaan. Hal ini sebagai salah satu perwujudan Profil Pelajar Pancasila, Gotong Royong. Yaitu mereka dapat melakukan kegiatan bersama-sama dengan suka rela agarpekerjaan berjalan lancar, mudah, dan ringan. Kerja bakti membersihkan kelas masing-masing dengan dibimbing oleh wali kelas.

6.    Sholat Jum’at berjamaah di Masjid Kegiatan ini dilakukan oleh peserta didik kelas tinggi peserta didik lakilaki di minta untuk melakukan sholat Jum’at berjamaah terlebih dahulu sebelum pulang. Ini mengajarkan supaya peserta didik mampu melaksanakan kewajibannya.

7.    Saling menghargai antar sesama peserta didik, bersikap berdasarkan moralitas, adabsopan santun, berbudi pekerti serta berdasar normanorma agar dimana peran guru dalam penguatan nilai-nilai pada butir sila kedua pancasila ini adalah memberi contoh dan tauladan yang baik bagi peserta didik.

8.      Penguatan terhadap nilai-nilai persatuan dan kesatuan di tengah kemajemukan komunitas peserta didik di sekolah yang berasal dari berbagai macam suku, ras, kelompok, golongan maupun agama tanpa adanya diskriminasi terhadap suku, agama, ras, maupun golongan tertentu, peserta didik diajarkan untuk memiliki prinsip dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

Terdapat beberapa strategi yang bisa diterapkan untuk menanamkan pendidikan karakter pancasila berbasis budaya sekolah, antara lain sebagai berikut:

1.      Penerapan dalam Intrakurikuler Dalam proses pembelajaran tematik, guru diharapkan tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan sesuai dengan mata pelajaran, namun memasukkan unsur nilai Pancasila/budi pekerti/karakter di dalamnya. Guru harus mampu memberikan informasi tentang manfaat, dampak, dan bagaimana memanfaatkan pengetahuan dengan bijak. Ilmu pengetahuan yang dibarengi dengan nilai-nilai Pancasila/budi pekerti/karakter, seharusnya juga dapat menumbuhkan kepedulian pada lingkungan.

2.      Penerapan dalam Bidang Kokurikuler Dalam rangka menanamkan karakter pancasila pada bidang Kokurikuler, siswa dapat diminta melakukan kegiatan studi lapangan. Dari kegiatan tersebut, siswa dapat mempraktikkan teori-teori yang didapatkan dalam kelas. Selain itu, siswa dapat menghayati bagaimana kerja keras dalam menghasilkan suatu produk, peduli terhadap kerja keras, menghargai sesama, dan juga dapat mensyukuri berkah sehingga membentuk karakter siswa.

3.      Penerapan dalam Bidang Non-Kokurikuler Kegiatan bidang non-kokurikuler seperti kerja bakti, melakukan ibadah bersama misalnya shalat berjamaah, bersalaman, serta


pembiasaanpembiasaan baik dapat diterapkan untuk menumbuhkan nilai Pancasila/budi pekerti/karakter yang baik bagi siswa. Selain itu, strategi lain seperti menggelar kegiatan upacara bendera hari Senin, apel, dan menyanyikan lagu Indonesia Raya, lagu-lagu nasional, dan berdoa bersama yang dilanjutkan dengan membaca kitab suci dan/atau buku-buku non-pelajaran selama 15 menit sebelum memulai pembelajaran juga bisa dilakukan di lingkungan sekolah.

 

Kesimpulan

Menurut Deal & Peterson, simbol adalah manifestasi luar dari hal-hal yang tidak dapat kita pahami pada tingkat rasional. Akan tetapi simbol mewakili nilai budaya dan keyakinan. Ia merupakan ungkapan gagasan sebagai komitmen bersama. Simbol juga menanamkan sebuah organisasi dengan makna dan ia mempengaruhi perilaku. Bentuk simbol tidak hanya berupa benda kasat mata, akan tetapi juga berupa gerakan maupun ucapan. Lingkungan fisik, arsitektur, nama dan plakatplakat yang tersebar di lingkungan sekolah adalah simbol yang kasat mata. Sedangkan sikap, kebijakan dan ucapan kepala sekolah, guru maupun karyawan adalah simbol yang tak kasat mata. Semua simbol baik yang kasat mata atau tidak kasat mata, dapat memberikan peran dalam meningkatkan budaya sekolah. Dalam arti ia menyatukan sebuah kelompok dan memberikan arahan dan tujuannya. Budaya sekolah dapat ditingkatkan melalui perbaikan dan pengelolaan terhadap simbolsimbol yang ada di lingkungan sekolah.

 

Daftar Pustaka

Deal & Peterson, Shaping School Culture:The Heart Of Leadership, San Francisco: Jossey- Bass, 1999.

Supriyadi, Fadli, “Manajemen Budaya dan Lingkungan Sekolah”, dalam http://www.mediaindonesia.co.id (diakses pada 23 November 2022) Wahab, Abdul Aziz, Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan; Telaah Terhadap Organisasi dan pengelolaan Organisasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2011.

close