Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Kelas IV SD Negeri Balirejo Tahun Pelajaran 2022/2023
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Perkembangan
zaman yang diiringi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut
manusia untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pendidikan hal yang sangat
penting bagi kehidupan seseorang, setiap orang menjadikan pendidikan sebagai
investasi menjanjikan dimasa depan. Hal tersebut disebabkan karena melalui
pendidikan seseorang dapat mengembangkan pontensi dalam diri mereka, sehingga
orang dengan predikat berpendidikan diharapkan akan memiliki kekuatan
spiritual, pengendalian diri, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya.
Pendidikan
di Indonesia terdiri atas beberapa jenjang yang meliputi Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD), Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi. Pada jenjang
pendidikan dasar menggunakan kurikulum terbaru yaitu kurikulum merdeka, pada kurikulum ini siswa akan
belajar materi tidak lagi seperti kurikulum 2013 yang terpadu menjadi satu
kesatuan tetapi agak sedikit berbeda karena pada kurikulum baru ini setiap mata
pelajaran akan terpisah Kembali namun pada dasranya tetap memuat muatan
pelajaran yang sama seperti matematika, Bahasa Indonesia, PKn, seni budaya,
IPA, dan IPS.
Salah satu mata pelajaran dasar yang
wajib diberikan pada jenjang sekolah dasar yaitu mata pelajaran ilmu
pengetahuan sosial. Ilmu pengetahuan posial akan memberikan pengetahuan kepada
siswa tentang kehidupan sosial di masyarakat. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
pasal 37 juga mewajibkan setiap jenjang pendidikan termasuk jenjang pendidikan dasar atau sekolah dasar untuk
menjadikan ilmu pengetahuan sosial sebagai mata pelajaran pokok.
Menurut (Iyan dkk., 2022), IPS merupakan sebuah program pendidikan dan bidang
pengetahuan yang tidak hanya fokus pada aspek sosial semata, tetapi juga
bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi individu yang bertanggung jawab
terhadap masyarakat, negara, dan bangsa. Oleh karena itu, materi yang disajikan
dalam IPS tidak hanya terbatas pada aspek pengetahuan semata, tetapi juga
mencakup nilai-nilai yang harus dimiliki oleh peserta didik. Hal ini bertujuan
agar peserta didik dapat membentuk karakter yang baik dan tanggap terhadap
tugas serta tanggung jawab sebagai warga masyarakat dan negara. Dari
hakikat ilmu pengetahuan sosial tersebut, peran guru menjadi sangat penting
untuk menanamkan dasar-dasar prinsip sosial dan mengembangkan konsep berpikir
kritis terhadap realita yang ada dalam kehidupan masyarakat. Proses
pembelajaran yang baik dan kondusif akan membuat siswa lebih mudah dalam
menereima dan mencerna ilmu yang mereka dapatkan dalam proses pembelajaran.
Selain itu, dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial perlu model dan media
yang tepat.
Berdasarkan
hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas IV SDN Balirejo pada Senin, 27 Maret 2023 menunjukkan bahwa siswa kelas IV
memilik kemampuan yang cukup dalam pembelajaran IPS. Guru lebih banyak berceramah dalam
pelaksanaan pembelajaran. Guru juga jarang menerapkan teknologi dalam
pembelajaran. Selain itu, antusias siswa tergolong kurang apabila diberikan
tugas oleh guru karena belum memunculkan permasalahan nyata dalam pembelajaran
serta pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Hal tersebut menyebabkan
keaktifan, semangat serta minat belajar kurang sehingga memengaruhi
keterampilan siswa dalam mengerjakan soal. Peneliti juga melakukan analisis
data hasil belajar IPS
siswa kelas IV pada Penilaian Tengah
Semester (PTS)
II
Tahun Ajaran 2022/2023. Dari data yang diperoleh
menunjukkan bahwa 53.33% dari 15 siswa atau 8 siswa yang sudah mencapai KKM yaitu 75, sedangakan 7 siswa lainnya
memiliki nilai di bawah KKM.
Pada
pembelajaran Ilmu Pembelajaran Sosial (IPS) membahas tentang realita kehidupan
masyarakat dan mengkaji
problem atau masalah ada dalam masyarakat. Untuk itu perlu model pembelajaran
yang tidak hanya membantu siswa dalam meghafal materi pebelajaran, tapi juga
model pembelajaran yang dapat memancing siswa untuk memahami, menganalisis,
mensistesis dan memberikan tanggapan terhadap realita dan masalah yang mereka
temukan dalam masyarakat. Salah
satu model yang dapat diterpakan yaitu PBL. Model Problem
Based Learning menyajikan masalah tentang dunia nyata
yang diselesaikan dengan peserta didik melalui bekerjasama dalam kelompok,
memecahkan masalah dengan pengetahuannya dan dengan mencari informasi yang
relevan Awaludin dkk (Putri Utami dkk.,
2021).
Dengan
kualitas proses pembelajaran yang
baik maka akan berimplikasi pada hasil pembelajaran yang baik pula. Untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran perlu memilih model pembelajaran yang sesuai, bahkan memilih
media yang tepat
dan sesuai dengan materi dan model pembelajaran yang digunakan juga tidak kalah
peting, sehingga tujuan dari pembelajaran itu sendiri dapat tercapai dengan
baik. Model Problem
Based Learning adalah salah satu media yang dapat dijadikan pilhan untuk
meningkatakan kualitas pembelajaran karena model pembelajaran ini mengharuskan
siswa untuk mencari dan memecahkan sendiri permasalahan yang ada sehingga dapat
meningkatkan keaktifan siswa yang pada akhirnya bisa berdampak positif terhadap
hasil belajar. Model PBL ini cocok diterapkan pada materi IPS karena dapat
menunjnag pembelajaran IPS yang didalamnya memuat tentang masalah berbasis
realita dan social.
Berdasarkan uraian
di atas maka peneliti tertarik
untuk melakukan penilitian tindakan kelas dengan judul: “Penerapan Model Problem Based
Learning untuk Meningkatkan
Hasil Belajar
IPS pada Siswa Kelas IV
SDN Balirejo”
B. Identifikasi Masalah
1.
Hasil PTS IPS siswa kelas IV yang masih
banyak di bawah KKM
2.
Pembelajaran masih berpusat pada guru
3.
Penggunaan teknologi yang masih belum
maksimal ketika pembelajaran
4.
Antusisas siswa dalam mengikuti
pembelajaran masih kurang
5.
Minat siswa dalam mengerjakan soal yang
masih kurang
C. Pembatasan Masalah
Peneliti
memfokuskan penelitian agar lebih efektif dan efisien dengan memberi Batasan
masalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang meliputi orientasi
masalah, mengorgnisasikan peserta didik, membimbing penyelidikan kelompok,
menyajikan hasil, dan menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
2. Hasil belajar IPS
siswa kelas IV BAB 7 pada ranah kognitif materi: jenis – jenis kebutuhan
manusia, sistem barter dan uang, kegiatan jual beli, dan kegiatan ekonomi
(produksi, distribusi, konsumsi)
3. Kendala dan solusi dalam penerapan model Problem
Based Learning (PBL) meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV
SDN Balirejo
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di
atas maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
- Bagaimana langkah-langkah penerapan model Problem Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SDN Balirejo?
- Apakah penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Balirejo?
- Apa kendala dan solusi dalam penerapan model Problem Based Learning (PBL) meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Balirejo?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian tindakan kelas ini antara lain:
- Mendeskripsikan penerapan model Problem Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SDN Balirejo
- Meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SDN Balirejo melalui penerapan model Problem Based Learning.
- Mendeskripsikan kendala dan solusi dalam penerapan model Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SDN Balirejo
F. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
Menambah wawasan
ilmu pengetahuan tentang penerapan model Problem Based Learning (PBL)
untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SD dan dapat
memberikan motivasi
serta informasi yang dapat dikembangkan oleh peneliti selanjutnya dalam kajian
yang sama.
2. Manfaat Praktis
a.
Bagi
Siswa
Memberikan pemahaman secara mendalam bagi
siswa terhadap materi ilmu pengetahuan sosial sumber daya alam dan kegiatan
ekonomi
b.
Bagi
guru
1)
Sebagai
koreksi dan pertimbangan bagi guru dalam mengembangkan dan meningkatkan
pembelajaran dikemudian hari
2)
Sebagai
bahan informasi bagi guru dalam menerapkan model pembelajaran khususnya model
problem based learining dengan media pada pembelajaran.
c.
Bagi
Sekolah
Meningkatkan mutu pendidikan di SDN Balirejo melalui perbaikan kualitas pembelajaran
ilmu pengetahuan sosial dengan penerapan pengunaan model Problem Based
Learning (PBL).
d.
Bagi
Peneliti
Memberikan informasi dan pengalaman tentang meningkatkan pembelajaran ilmu pengetahuan sosial melalui penerapan model Problem Based Learning (PBL).
G. Definis Operasional
1. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL)
Penilaian penerapan model Problem
Based Learning (PBL) ialah akumulasi skor dan deskripsi mengenai
pelaksanaan pembelajaran melalui penerapan model Problem Based Learning
(PBL).
Skor dan deskripsi tersebut didapatkan dari lembar observasi terhadap guru dan
siswa.
2. Hasil Belajar IPS tentang Berbagai Macam Memenuhi Kebutuhan Manusia Kelas IV SD
Peningkatan hasil belajar IPS Berbagai Macam Memenuhi Kebutuhan Manusia merupakan akumulasi skor hasil belajar dan deskripsi yang menunjukkan suatu perubahan dari rendah ke tinggi pada pembelajaran IPS tentang Berbagai Macam Memenuhi Kebutuhan Manusia dengan penerapan model Problem Based Learning (PBL). Dengan indicator ketercapaian pembelajarannya yaitu: (1) menentukan jenis kebutuhan berdasarkan kepentingan, (2) mengkategorikan kebutuhan hidup, (3) menyimpulkan perbedaan antara kebutuhan dengan keinginan, (4) menentukan sistem jual beli sebelum mengenal uang, (5) menganalisis fungsi uang, (6) menyimpulkan jenis – jenis uang, (7) menentukan tempat terjadinya jual beli, (8) menelaah ciri – ciri dari kegiatan jual beli berdasarkan tempat, (9) menentukan ciri – ciri kegiatan ekonomi, (10) menyimpulkan jenis kegiatan ekonomi berdasarkan data. Skor dan deskripsi tersebut diperoleh dari lembar observasi dan evaluasi yang meliputi kegiatan pembelajaran dan hasil belajar siswa berupa soal evaluasi.
BAB II
KAJIAN PENELITIAN YANG RELEVAN, KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Penelitian Yang Relevan
Beberapa penelitian sejenis juga telah membuktikan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning efektif meningkatkan hasil belajar IPS. Seperti peneletian yang telah dilakukan oleh (Fitriana dkk., 2021) bahwa penerapan model PBL dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SD Inpres Borong Jambu II Kota Makassar. Ditandai dengan peningkatan rata – rata hasil belajar siswa dari 67,2 pada siklus I meningkat menjadi 75,9 pada siklus II. Selain itu penilitian lain yang dilakukan oleh (Saputra & Susilowati, 2021) juga menunjukan hasil yang kurang lebih sama yaitu terdapat peningkatan hasil belajar tematik siswa kelas IV SD Negeri Srirahayu pada mata pelajaran IPS sebesar 90% pad akhir siklus III. Penelitian lain yang serupa yang dilakukan oleh (Loka Andari dkk., 2019) bahwa terdapat pengaruh model Problem Based Learning (PBL) Berbasis Portofolio terhadap hasil belajar IPS peserta didik kelas IV sekolah dasar gugus II Abiansemal Tahun Ajaran 2017/2018 dengan melakukan penelitian jenis eksperimen pada dua kelas yang satu diantaranya menggunakan model PBL berbasis portofolio pada pembelajaran IPS yang dilakukan dan satunya kelas control tidak. Hasilnya menunjukkan adanya pengaruh penerapan model Problem Based Learning terbukti dengan Rata-rata hasil belajar IPS siswa kelompok eksperimen = 78,57 > = 72,17 rata-rata hasil belajar IPS siswa kelompok kontrol.
1. 1. Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD
a. Karakteristik Siswa Kelas IV Sekolah Dasar
Karakteristik siswa sekolah dasar khususnya siswa kelas empat menurut Bulher (Sobur, 2013), perkembangan anak dibagi menjadi lima fase, yaitu: (1) pada fase pertama merupakan fase menghayati berbagai objek di luar diri pada anak usia sejak lahir hingga usia satu tahun, (2) fase kedua merupakan masa pengenalan dunia objektif dan subjektif pada anak usia dua sampai empat tahun, (3) pada fase ketiga merupakan masa sosialisasi anak pada usia lima sampai delapan tahun, (4) fase keempat merupakan masa mencoba, bereksperimen, dan rasa ingin tahu pada anak usia sembilan sampai sebelas tahun, (5) fase kelima yaitu anak kembali bersifat subjektif pada usia empat belas sampai sembilan belas tahun. Dapat diketahui bahwa siswa kelas IV berada pada fase keempat yang berusia sembilan sampai sebelas tahun. Menurut Piaget (Rizqiyati, 2023) usia tersebut memasuki fase operasional konkret yaitu siswa sudah mampu berpikir logis dan sistematis dalam memecahkan suatu masalah.
Berdasarkan pendapat di atas, siswa kelas 4 sekolah dasar berada dalam tahap oprasional kongkrit, sehingga memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) berpikir logis dan sistematis, 2) mulai berpikir secara operasional, 3) mulai memandang dunia secara objektif untuk mencapai pemecahan masalah, dan 4) anak cenderung suka menyelidik, mencoba, dan bereksperimen, rasa”ingin tahu yang besar, masa pemusatan dan penimbunan tenaga untuk berlatih, dan menjelajah
b. IPS Kelas IV Selolah Dasar
1) 1) Pengertian IPS di Sekolah Dasar
Salah satu mata pelajaran yang dilaksanakan di sekolah dasar adalah mata pelajaran IPS. Pembelajaran IPS merupakan program pendidikan yang banyak mengandung muatan nilai sebagai salah satu karakteristiknya (Setiawan, 2019). Pendidikan IPS di sekolah dasar saat ini dihadapkan pada upaya peningkatan kualitas Pendidikan, khususnya kualitas sumber daya manusia, sehingga eksistensi pendidikan IPS benar-benar dapat mengembangkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis (Asriningsih dkk., 2021).
Melalui pendidikan IPS di sekolah diharapkan siswa mampu mengembangkan kemampuan-kemampuan seorang warga negara yang baik sehingga dapat memecahkan persoalan-persoalan di lingkungannya. Seperti keterampilan berinteraksi dengan teman sebaya (menghargai teman-teman mereka, meminta membantu bila perlu, peka terhadap emosi orang lain), keterampilan mengendalikan diri (mengendalikan kemarahan, menerima kritik orang lain, dan memtuhi aturan) (Syahputra, 2020).
Darai beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPS pada sekolah dasar adalah mata pelajaran yang penting bagi siswa dalam mengembangkan pemahaman mereka tentang nilai-nilai social serta memberikan pemahaman tentang sejarah peradaban manusia dan lingkungan sekitar. IPS juga membantu siswa untuk berpikir kritis dan kreatif serta memperkenalkan mereka pada hak dan kewajiban sebagai warga negara yang baik dan berpartisipasi aktif dalam kehidupan masyarakat.
2) 2) Tujuan IPS di Sekolah Dasar
Tujuan mengajarkan ilmu pengetahuan sosial pada siswa adalah menjadikan warga negara yang baik, melatih kemampuan berpikir matang untuk menghadapi permasalahan social, dan agar mewarisi dan melanjutkan budaya bangsanya (Asriningsih dkk., 2021). Hal tersebut sejalan dengan pendapat (Widodo, 2020) bahwa Tujuan dari pembelajaran IPS di sekolah adalah mempersiapkan perserta didik menjadi warga Negara yang baik serta mampu menguasai pengetahuan, sikap dan nilai yang berguna dalam menyelesaikan masalah pribadi maupun masalah sosial.
Melalui pembelajaran IPS di sekolah peserta didik dilatih agar dapat memiliki kemampuan untuk berpartisipasi aktif dalam bidang sosial, memiliki kepekaan sosial dan kepedulian sosial yang tinggi. Tujuan utama IPS adalah mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi baik yang menimpa dirinya atau masyarakat (Indraswati dkk., 2020).
Dari beberapa pendapat yang ada maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan pembelajaran IPS adalah memberi bekal agar peserta didik mampu berpikir kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, terampil memecahkan masalah, terampil mengolah informasi dan berperan aktif dalam kehidupan sosial.
3) 3) Materi IPS Kelas IV SD Semester II
Materi IPS kelas IV semester 2 Kurikulum Merdeka BAB 7 dengan judul topik “Bagaimana Mendapatkan Semua Keperluan Kita?” dengan muatan materi tentang jenis – jenis kebutuhan manusia, sistem jual beli barter dan uang, kegiatan jual beli, dan kegiatan ekonomi. Penjabaran capaian dan tujuan pembelajaran dari materi di atas sebagai berikut:
a) Topik A: Aku dan Kebutuhanku
Capaian Pembelajaran:
Peserta didik dapat menentukan, mengkategorikan kebutuhan sehari – hari berdasarkan skala prioritas dari yang terpenting sampai yang tidak penting dan menyimpulkan perbedaan kebutuhan dan keinginan.
Tujuan Pembelajaran:
· Peserta didik dapat menentukan jenis kebutuhan berdasarkan kepentingan melalui lembar penugasan LKPD dengan tepat. C3
· Peserta didik dapat mengkategorikan kebutuhan hidup melalui lembar penugasan LKPD dengan tepat. C4
· Peserta didik dapat menyimpulkan perbedaan antara kebutuhan dengan keinginan melalui media power point dengan tepat. C5
b) Topik B: Bagaimana Aku Memenuhi Kebutuhanku
Capaian Pembelajaran:
Peserta didik dapat mengidentifikasi sistem jual beli pada masa lalu sebelum mengenal uang (barter) dan pada masa sekarang setelah adanya uang serta mampu menentukan fungsi, jenis, nilai uang yang berlaku.
Tujuan Pembelajaran:
· Peserta didik dapat menentukan sistem jual beli sebelum mengenal uang melalui power poin dengan tepat. C3
· Peserta didik dapat menganalisis fungsi uang melalui power point dengan tepat.
· Peserta didik dapat menyimpulkan jenis – jenis uang melalui lembar LKPD dengan tepat. C5
· Peserta didik dapat mengerjakan jenis – jenis uang melalui lembar LKPD dengan tepat. P3
c) Topik C: Kegiatan Jual Beli Sebagai Salah Satu Cara Pemenuhan Kebutuhan
Capaian Pembelajaran:
Peserta didik dapat mengidentifikasi kegiatan jual beli, ciri – ciri jual beli, syarat jual beli, dan mengaitaknnya dengan kegiatan jual beli yang pernah dilakukan dalam kehidupan sehari – hari.
Tujuan Pembelajaran:
· Peserta didik dapat menentukan tempat terjadinya jual beli melalui power poin dengan tepat. C3
· Peserta didik dapat menelaah ciri – ciri dari kegiatan jual beli berdasarkan tempat melalui lembar LKPD dengan tepat. C4
· Peserta didik dapat mengerjakan jenis barang yang dapat dijual belikan melalui lembar LKPD dengan tepat. P3
c. Hasil Belajar
1) Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai sebagai dampak dari kegiatan belajar yaitu perubahan perilaku siswa setelah mengalami aktivitas belajar yangmeliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor (Fatimah dkk., 2021). Hasil belajar akan tersimpan lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi, sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.
Hal ini sejalan dengan pendapat (Handayani & Subakti, 2020) yang menyatakan bahwa Hasil belajar merupakan suatu perubahan yang diperoleh setelah mengalami proses belajar. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Tujuan utama yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran adalah hasil belajar. Hasil belajar digunakan untuk mengetahui sebatas mana siswa dapat memahami serta mengerti materi tersebut (Asriyanti & Janah, 2019).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan hasil belajar bahwa hasil belajar merupakan kemampuan atau pengetahuan yang diperoleh siswa setelah melakukan proses belajar mengajar di sekolah. Hasil belajar dapat diukur dengan berbagai cara dan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
2) Aspek Hasil Belajar
Bloom (Sudjana, 2009: 22) mengklasifikasikan tujuan pendidikan menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan ranah psikomotor (keterampilan). Dalam penelitian ini, hasil belajar akan difokuskan pada ranah kognitif (pengetahuan). Anderson dan Karthwohl (Mohamed et al., 2021) mengemukakan bahwa tingkatan ranah kognitif (pengetahuan) terdiri dari enam tingkatan yaitu:
a) Mengingat – mengingat masa lalu atau mengenali informasi yang spesifik
b) Memahami – menterjemahkan bahan atau idea daripada satu bentuk ke bentuk yang lain; mentaksir bahan atau idea, menganggar trend
c) Mengaplikasi – Menjalankan atau menggunakan sesuatu prosedur (langkah-langkah dalam situasi tertentu
d) Menganalisis – Bahan pelarut atau konsep pada bagian-bagian yang lebih kecil, mengenali bagaimana bagian-bagian kecil ini terkait atau terhubung antara satu sama lain atau struktur maupun tujuan secara menyeluruh
e) Menilai – Membuat penilaian berdasarkan kriteria atau standar tertentu.
f) Mereka – Menggabungkan unsur-unsur bersama untuk membentuk sesuatu yang saling terkait atau berfungsi sebagai satu; reorganisasi elemen menjadi pola atau struktur baru
Berdasarkan uraian tentang tingkatan ranah kognitif (pengetahuan), dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar meliputi enam tingkatan yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi. Pada penelitian ini, hasil belajar yang diukur adalah hasil belajar kognitif, diukur berdasarkan hasil tes evaluasi siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL). Pada ranah kognitif, aspek yang diukur sebagai hasil belajar siswa kelas IV SD dalam penelitian ini yaitu aspek mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi. Hal ini sesuai dengan tujuan IPS di sekolah dasar yaitu memberi bekal agar peserta didik mampu berpikir kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, terampil memecahkan masalah, terampil mengolah informasi dan berperan aktif dalam kehidupan sosial.
Berdasarkan uraian tentang karakteristik siswa kelas IV SD, IPS memenuhi kebutuhan manusia dan hasil belajar, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPS tentang kebutuhan manusia pada kelas IV SD merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar pada materi IPS BAB 7 dengan judul topik “Bagaimana Mendapatkan Semua Keperluan Kita?” dengan muatan materi tentang jenis – jenis kebutuhan manusia, sistem jual beli barter dan uang, kegiatan jual beli, dan kegiatan ekonomi. yang diukur menggunakan prosedur penilaian pengetahuan melalui tes evaluasi untuk mengetahui penguasaan atau pencapaian hasil belajar siswa kelas IV.
2. Model Problem Based Learning (PBL)
a. Pengertian Model Problem Based Learning (PBL)
Model Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang memberi pengertian lebih mendalam serta menekankan pada pengembangan penalaran dan ketrampilan berpikir tingkat tinggi yang ditunjukkan dengan mendorong siswa untuk mempergunakan analisis kritis dalam pemecahan masalah (Kusrini & Mustafa, 2019). Hal tersebut sejalan dengan pendapat (Dewi et al., 2021) yang menyatakan Problem Based Learning merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata, masalah tersebut digunakan sebagai suatu konteks bagi siswa untuk mempelajari cara berpikir yang kritis dan keterampilan dalam pemecahan suatu masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan serta konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Dari beberapa pendapat yang telah disampaikan, dapat disimpulkan bahwa PBL (Problem-Based Learning) merupakan suatu model pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kepribadian, serta memotIVsi mereka untuk memahami dan memecahkan masalah.
b. Karakteristik Model Problem Based Learning (PBL)
Karakteristik PBL menurut Amir (Suhendar & Ekayanti, 2018) sebagai berikut:
1) Masalah digunakan untuk mengawali pembelajaran. Dengan demikian, mahasiswa merasa tertarik dengan konsep yang dipelajari.
2) Masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara mengambang. Diharapkan mahasiswa lebih mudah menerima konsep dan merasa lebih bermakna, karena masalah yang digunakan dekat dengannya.
3) Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk. Hal ini melatih mahasiswa untuk mengembangkan konsep yang diperoleh.
4) Masalah membuat peserta didik tertantang untuk mendapatkan pembelajaran yang baru. Mahasiswa tentu tidak mudah menyerah dalam mempelajari suatu konsep apabila mendapat masalah yang menantang.
5) Sangat mengutamakan belajar mandiri. Kemandirian mahasiswa dalam belajar tentu membuat mahasiswa aktif dalam menemukan ataupun memahami konsep.
6) Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi. Dengan berbagai macam sumber pengetahuan yang digunakan, maka mahasiswa mudah untuk mempelajari maupun mengembangkan konsep.
7) Pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Karakteristik ini memungkinkan mahasiswa untuk mampu memahami konsep secara berkelompok, serta mengomunikasikannya dengan orang lain
Kemudian (Zainal, 2022) juga menyatakan pendapatnya tentang karakteristik model PBL yaitu: (1) berpusat pada peserta didik sehingga mendorong peserta didik bertanggung jawab dalam memperoleh pengetahuan dalam pembelajaran; (2) masalah sebagai titik awal pembelajaran merupakan masalah dunia nyata, ill-structured (tidak terstruktur), terintegrasi dengan berbagai disiplin ilmu dan membutuhkan penyelidikan; (3) guru sebagai fasilitator; (4) kolaborasi dan komunikasi merupakan hal yang penting untuk: membangun kerja sama peserta didik dalam memecahkan masalah, review pemahaman peserta didik terkait konsep setelah melalui proses pemecahan masalah, penilaian berupa self-assesment dan peer-assesment; (5) serta evaluasi untuk mengetahui kemajuan pengetahuan peserta didik.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik dari model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) meliputi fokus pada permasalahan nyata, pengembangan pengetahuan siswa melalui sumber-sumber yang beragam, peran guru sebagai fasilitator, pembelajaran yang berpusat pada siswa, serta pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif. Hal ini menunjukkan bahwa PBL memprioritaskan pemecahan masalah sebagai fokus utama dalam pembelajaran, di mana siswa memanfaatkan berbagai sumber pengetahuan untuk membangun pengetahuan dan keterampilan mereka. Guru berperan sebagai fasilitator dan tidak mendikte proses pembelajaran, sedangkan siswa aktif terlibat dalam proses belajar dengan berkolaborasi secara mandiri.
c. Tujuan Model Problem Based Learning (PBL)
Menurut (JUNAIDI, 2020) Tujuan PBL adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep-konsep pada permasalahan baru/nyata, keinginan dalam belajar, mengarahkan belajar diri sendiri, dan keterampilan. Pendapat tersebut sejalan dengan (Handri & Mawardi, 2021) yang menyatakan bahwa tujuan penggunaan PBL di sekolah adalah untuk membantu siswa menyelesaikan masalah secara mandiri dan mengasah kemampuan berpikir kritis. Kurang lebih sama dengan pendapat yang sudah ada (Rosidah, 2018) berpendapat Tujuan utama PBL ialah untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan memecahkanmasalah serta kemampuan untukmembangunpengetahunnya sendiri.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari model pembelajaran berbasis masalah (PBL) adalah untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan pemecahan masalah siswa. Selain itu, PBL juga bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, mengembangkan kepribadian siswa, serta meningkatkan pemahaman dan penerapan konsep-konsep yang dipelajari dalam situasi dunia nyata. Dengan demikian, PBL memberikan pengalaman belajar yang lebih berarti dan relevan bagi siswa.
d. Langkah-langkah Model Problem Based Learning (PBL)
Langkah-langkah PBL menurut Kunandar (Suhendar & Ekayanti, 2018):
1) Orientasi peserta didik kepada masalah. Dalam langkah ini mahasiswa diberi suatu masalah sebagai titik awal untuk menemukan atau memahami suatu konsep.
2) Mengorganisasikan peserta didik. Langkah ini membiasakan mahasiswa untuk belajar menyelesaikan permasalahan dalam memahami konsep.
3) Membimbing penyelidikan individu dan kelompok. Dengan langkah ini mahasiswa belajar untuk bekerja sama maupun individu untuk menyelidiki permasalahan dalam rangka memahami konsep.
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta memamerkannya. Mahasiswa terlatih untuk mengomunikasikan konsep yang telah ditemukan.
5) Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Langkah ini dapat membiasakan mahasiswa untuk melihat kembali hasil penyelidikan yang telah dilakukan dalam upaya menguatkan pemahaman konsep yang telah diperoleh.
Langkah-langkah dalam model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) menurut (Zainal, 2022) meliputi: (1) Orientasi peserta didik pada masalah, (2) Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar, (3) Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, (4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Sejalan dengan pendapat tersebut, (Angga, 2022) juga mengungankapkan sintaks PBL ada lima meliputi: (1) Tahap Orientasi Masalah, (2) Tahap Organisasi Siswa, (3) Tahap Membantu Penyelidikan, (4) Tahap Pengembangan dan Penyajian Hasil Karya, (5) Tahap Analisis dan Evaluasi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terdiri dari beberapa langkah, yaitu: mengawali dengan orientasi pada masalah yang dihadapi, mengorganisasikan siswa agar dapat belajar, membimbing siswa dalam melakukan penyelidikan, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta melakukan analisis dan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.
d. Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Based Learning (PBL)
1) Kelebihan Model Problem Based Learning (PBL)
Kelebihan model Problem Based Learning (PBL) menurut (JUNAIDI, 2020) yaitu:
a) Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut.
b) Melibatkan siswa secara aktif dalam memecahkan masalah, dan membantu meningkatkan ketrampilan berpikir siswa yang lebih tinggi.
c) Pengetahuan tertanam berdasakan skema yang dimiliki siswa sehingga pembelajaran lebih bermakna.
d) Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran, sebab masalah-masalah yang diselesaikan berkaitan dengan kehidupan nyata.
e) Proses pembelajaran melalui model Problem Based Learning dapat membiasakan para siswa untuk menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, sehingga apabila menghadapi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari siswa sudah mempunyai kemampuan untuk menyelesaikannya.
f) Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
Akinoǧlu & Tandoǧan (Zainal, 2022) mengungkapkan bahwa kelebihan dari model Problem Based Learning (PBL) yaitu: (1) Pembelajaran di kelas berpusat pada peserta didik, (2) Meningkatkan pengendalian diri peserta didik, (3) Peserta didik berpeluang mempelajari/menyelidiki peristiwa multidimensi dengan perspektif yang lebih dalam, (4) Meningkatkan keterampilan pemecahan masalah peserta didik, (5) Peserta didik terdorong untuk mempelajari materi dan konsep baru pada saat memecahkan masalah, (6) Meningkatkan keterampilan sosial dan komunikasi peserta didik sehingga dapat belajar dan bekerja dalam kelompok, (7) Meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan berpikir ilmiah peserta didik, h) Memadukan teori dan praktik sehingga peserta didik berpeluang memadukan pengetahuan lama dan baru, (8) Mendukung proses pembelajaran, (9) Peserta didik memperoleh keterampilan mengatur waktu, fokus, mengumpulkan data, menyiapkan laporan dan evaluasi, dan (10) Memberikan peluang kepada peserta didik untuk belajar sepanjang hayat.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan dari model Problem Based Learning (PBL) yaitu: (1) siswa dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran sehingga pengetahuannya tercerna dengan baik, (2) siswa dilatih untuk dapat bekerja sama dengan siswa lain, (3) siswa dapat memperoleh pemecahan masalah dari berbagai sumber, (4) siswa didorong untuk memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah pada situasi yang nyata, (5) siswa mempunyai kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar, (6) pembelajaran berfokus pada masalah, (7) terjadinya aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok, (8) siswa memiliki kemampuan dalam menilai kemajuan hasil belajarnya, (9) siswa memiliki kemampuan untuk komunikasi ilmiah, (10) kerja kelompok dapat mengatasi kesulitan belajar siswa individual, (11) membantu siswa untuk memahami hakikat belajar, (12) model Problem Based Learning (PBL) menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan bagi siswa, (13) memungkinkan penerapan dalam dunia nyata, (14) merangsang siswa untuk belajar secara terus-menerus
2) Kekurangan Model Problem Based Learning (PBL)
Kelebihan model Problem Based Learning (PBL) menurut (JUNAIDI, 2020) yaitu: (1) Menentukan masalah yang tingkat kesulitanya sesuai dengan tingkat berpikir siswa, serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh siswa sangat memerlukan ketrampilan dan kemampuan guru, (2) Pembelajaran berbasis masalah membutuhkan waktu yang cukup lama (3) Mengubah kebiasaan siswa dari belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir untuk memecahkan masalah merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa. Tidak jauh berbeda, menurut (Zainal, 2022) ada beberapa kekurangan dari model Problem Based Learning (PBL) yaitu: (1) Guru berpeluang mengalami kendala dalam mengubah gaya mengajar, (2) Siswa berpeluang membutuhkan lebih banyak waktu untuk menyelesaikan masalah ketika pertama kali dikemukakan di kelas, (3) Individu atau kelompok dapat menyelesaikan pekerjaan mereka lebih awal atau terlambat, (4) Problem Based Learning membutuhkan materi yang kaya dan penyelidikan/riset, (5) Problem Based Learning cukup sulit diterapkan di semua kelas dan f) Cukup sulit untuk menilai pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kelemahan model Problem Based Learning (PBL) yaitu: (1) gaya belajar sulit diubah, (2) membutuhkan banyak waktu dan dana dalam memecahkan permasalahan, (3) tidak dapat diterapkan pada semua materi, (4) membutuhkan penelitian dan materi yang kaya, (5) model Problem Based Learning (PBL) sulit diterapkan apabila terdapat perbedaan karakteristik siswa yang tinggi.
Berdasarkan uraian mengenai pengertian, karakteristik, langkahlangkah, kelebihan, dan kekurangan model PBL dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning (PBL) merupakan sebuah model pembelajaran yang mengaitkan IPS dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari melalui langkah-langkah sebagai berikut: (1) orientasi masalah, (2) pengorganisasian siswa untuk belajar, (3) membimbing siswa untuk melakukan penyelidikan, (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (5) analisis dan evaluasi
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang masalah dalam penelitian ini, diketahui bahwa hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Balirejo tahun ajaran 2022/2023 tergolong masih kurang masih kurang. Hal ini ditunjukkan dengan hasil Penilaian Tengah Semester (PTS) II IPS dari 15 siswa terdapat 7 siswa (46.66%) belum mencapai KKM. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang berlangsung masih kurang efektif sehingga hasil belajar siswa belum optimal. Saat pembelajaran berlangsung di kelas IV SDN Balirejo, diketahui bahwa: (1) pembelajaran berpusat pada guru, (2) pembelajaran didominasi dengan ceramah, (3) guru jarang memunculkan permasalahan nyata dalam pembelajaran, (4) guru jarang menggunakan teknologi dalam pembelajaran, (5) siswa kurang dilibatkan dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dibutuhkan model pembelajaran yang tepat untuk mengatasi masalah siswa. Model Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang membuat siswa lebih aktif dalam memecahkan masalah pada kehidupan sehari-hari melalui langkah-langkah: (1) orientasi masalah, (2) pengorganisasian siswa untuk belajar, (3) membimbing siswa untuk melakukan penyelidikan, (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (5) analisis dan evaluasi. Melalui penerapan model Problem Based Learning (PBL) diharapkan dapat memberikan perbaikan pembelajaran yakni: (1) siswa sebagai pusat pembelajaran, (2) kemampuan memecahkan masalah meningkat, (3) pembelajaran lebih variatif dengan penggunaan teknologi dalam pembelajaran, (4) mampu berpikir kritis, (5) kemampuan kerja kelompok lebih berkembang, (6) mampu menyampaikan hasil diskusi. Penerapan model Problem Based Learning (PBL) diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SDN Balirejo. Berikut ini bagan kerangka berpikir dalam penerapan model Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar IPS tentang Berbagai Jenis Kebutuhan Mnausia dan Cara Memenuhinya pada siswa kelas IV SDN Balirejo tahun ajaran 2022/2023
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah, kajian teori, dan kerangka berpikir, dapat dirumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu “jika penerapan model Problem Based Learning (PBL) dilaksanakan dengan prosedur dan langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SDN Balirejo tahun ajaran 2022/2023”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Balirejo yang berlokasi di Jalan Balirejo No.28, Muja Muju, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas IV SDN Balirejo. Kelas ini memiliki 16 siswa, yaitu 10 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan dengan latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Dengan ruang kelas yang cukup luas dan fasilitas yang memadai, maka kegiatan pembelajaran akan dapat berjalan dengan baik. Alasan peneliti memilih SD ini karena hasil observasi dan wawancara menunjukkan bahwa hasil Penilaian Tengah Semester II IPS siswa kelas IV masih ada beberapa siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM, pembelajaran berpusat pada guru, pembelajaran didominasi dengan ceramah, belum maksimalnya penerapan model pembelajaran, belum adanya penerapan teknologi dalam pembelajaran, siswa kurang dilibatkan dalam proses pembelajaran, dan pihak sekolah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian.
2. Waktu Penelitian
Berikut ini rincian jadwal pelaksanaan tindakan kelas yang telah diaksanakan oleh peneliti.
a. Persiapan
1) Koordinasi perizinan : 20 Maret 2023
2) Observasi : 21 – 27 Maret 2023
b. Pelaksanaan
1) Siklus I
a) Siklus I Pertemuan 1
(1) Perencanaan : 3 April 2023
(2) Pelaksanaan : 4 April 2023
(3) Observasi : 4 April 2023
(4) Refleksi : 4 April 2023
b) Siklus I Pertemuan 2
(1) Perencanaan : 10 April 2023
(2) Pelaksanaan : 11 April 2023
(3) Observasi : 11 April 2023
(4) Refleksi : 11 April 2023
2) Siklus II
a) Siklus II Pertemuan 1
(1) Perencanaan : 17 April 2023
(2) Pelaksanaan : 18 April 2023
(3) Observasi : 18 April 2023
(4) Refleksi : 18 April 2023
b) Siklus II Pertemuan 2
(1) Perencanaan : 1 Mei 2023
(2) Pelaksanaan : 3 Mei 2023
(3) Observasi : 3 Mei 2023
(4) Refleksi : 3 Mei 2023
c. Analisis Data dan Pelaporan
1) Analisis data : Mei 2023
2) Menyusun hasil laporan : Mei 2023
3) Seminar Hasil : Mei 2023
B. Subjek penelitian
Subjek penelitian merupakan sasaran dalam penelitian. Menurut Arikunto (2013: 188) subjek penelitian merupakan sasaran yang dijadikan sebagai pokok pembicaraan dalam penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SDN Balirejo yang berjumlah 15 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan dengan kisaran usia 10-12 tahun dan guru kelas IV SDN Balirejo.
C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
a. Teknik Nontes
Teknik ini dilakukan untuk mengetahui keadaan yang terjadi selama proses pembelajaran di kelas yang menerapkan model Problem Based Learning (PBL). Teknik nontes yang digunakan yaitu:
1) Observasi
Teknik nontes selanjutnya adalah observasi. Menurut Hadi (Sugiyono, 2016: 145) observasi merupakan proses yang kompleks, yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Pada penelitian ini, observasi dilaksanakan pada saat guru dan siswa melaksanakan proses pembelajaran untuk mengumpulkan data tentang aktivitas guru, respon dan partisipasi siswa melalui penerapan model Problem Based Learning (PBL). Jumlah dari observer dalam penelitian ini adalah 3 orang.
2) Dokumen
Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa nilai hasil Penilaian Tengah Semester (PTS) II IPS siswa kelas IV SDN Balirejo tahun ajaran 2021/2022.
b. Teknik Tes
Mengenai hakikat tes Arikunto (2013: 266) berpendapat bahwa tes adalah cara mengukur kemampuan dasar dan pencapaian siswa dalam belajar. Penggunaan tes dalam penelitian ini berupa tes tertulis yang digunakan untuk mengukur hasil belajar IPS siswa kelas IVS SDN Balirejo setelah menerapkan model Problem Based Learning (PBL).
2. Instrumen Pengumpulan Data
a. Instrumen Penerapan Model Problem Based Learning (PBL)
Lembar observasi digunakan untuk mengukur kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL). Lembar observasi diisi oleh observer. Instrumen pada lembar observasi yang berbentuk ratting scale dengan bentuk skala penskoran 0-4 yang setiap skor memiliki deskriptor. Apabila deskriptor tidak terpenuhi maka skor 0. Cara menghitung persentase adalah sebagai berikut:
skor maksimal
Tingkat Penguasaan | Skor Standar | Keterangan |
90% - 100% | A | Sangat Baik |
80% - 89% | B | Baik |
70% - 79% | C | Cukup |
60% - 69% | D | Rendah |
0% - 59% | E | Sangat Rendah |
(Sumber: Arifin, Z., 2014: 236)
Kisi-kisi lembar observasi penerapan model Problem Based Learning (PBL) adalah sebagai berikut:
Tabel 3. 2 Kisi-kisi Lembar Observasi Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) terhadap Guru
Sintaks Model PBL | Kegiatan | Nomor Pernyataan | Jumlah Pernyataan |
Orientasi masalah | Pengkondisian kelas oleh guru | 1 | 1 |
penyampaian orientasi pembelajaran | 2 | 2 | |
penyampaian tujuan pembelajaran | 3 | 3 | |
penyampaian dan menjabarkan materi pembelajaran | 4 | 4 | |
Mengorganisasikan Siswa Utuk Belajar | Melakukan pembimbingan membentuk kelompok | 5 | 5 |
Pemberian tugas kepada kelompok | 6 | 6 | |
Pembagian LKPD pada setiap kelompok | 7 | 7 | |
Membimbing Siswa Untuk Melakukan Penyelidikan | Pembimbingan kepada siswa dalam mencari informasi | 8 | 8 |
Memberikan kesempatan bertanya kepada kelompok | 9 | 9 | |
Pengawasan setiap kelompok Ketika berdiskusi | 10 | 10 | |
Mengembangkan Dan Menyajikan Hasil | Pembimbingan saat menyusun hasil akhir diskusi | 11 | 11 |
Pemberian waktu untuk presentasi | 12 | 12 | |
Menyimpulkan hasil diskusi | 13 | 13 | |
Menganalisis Dan Mengevaluasi Hasil Dari Pemecahan Masalah | Pemberian penguatan kepada siswa | 14 | 14 |
Pertanyaan terkait refleksi pembelajaran | 15 | 15 | |
Pemberian soal evaluasi | 16 | 16 | |
Jumlah | 16 |
Tabel 3. 3 Kisi-kisi Lembar Observasi Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) terhadap Siswa
Sintaks Model PBL | Kegiatan | Nomor Pernyataan | Jumlah Pernyataan |
Orientasi masalah | Persiapan diri untuk belajar | 1 | 1 |
Perhatian siswa kepada orientasi guru | 2 | 2 | |
Perhatian tertuju kepada penyampaian tujuan | 3 | 3 | |
Siswa fokus memperhatiakn materi | 4 | 4 | |
Mengorganisasikan Siswa Utuk Belajar | Pembentukan kelompok | 5 | 5 |
Menerima lembar kerja | 6 | 6 | |
Mengisi data kelompok pada LKPD | 7 | 7 | |
Membimbing Siswa Untuk Melakukan Penyelidikan | Aktif mencari informasi terkait tugas | 8 | 8 |
Bertanya saat dirasa ada kesulitan atau hal yang belum paham | 9 | 9 | |
Aktif berdiskusi dalam kelompok | 10 | 10 | |
Mengembangkan Dan Menyajikan Hasil | Secara berasa kelompok Menyusun hasil akhir diksusi | 11 | 11 |
Perwakilan mempresentasikan hasil | 12 | 12 | |
Menyimpulkan hasil yang telah didiskusikan | 13 | 13 | |
Menganalisis Dan Mengevaluasi Hasil Dari Pemecahan Masalah | Perhatian saat ada penguatan | 14 | 14 |
Siswa memberikan refleksi setelaj mengikuti pembelajaran | 15 | 15 | |
Siswa mengerjakan soal evaluasi | 16 | 16 | |
Jumlah | 16 |
b. Hasil Belajar IPS tentang Berbagai Macam Memenuhi Kebutuhan Manusia Kelas IV SD
Peningkatan hasil belajar IPS Berbagai Macam Memenuhi Kebutuhan Manusia merupakan akumulasi skor hasil belajar dan deskripsi yang menunjukkan suatu perubahan dari rendah ke tinggi pada pembelajaran IPS tentang Berbagai Macam Memenuhi Kebutuhan Manusia dengan penerapan model Problem Based Learning (PBL).
Tabel 3. 4 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar IPS Siklus I Pertemuan 1 dan 2
Pertemuan | Tujuan Pembelajaran | Jenjang Kognitif | Bentuk soal | Jumlah soal |
I | Menentukan jenis kebutuhan berdasarkan kepentingan | C3 | PG | 2 |
Mengkategorikan kebutuhan hidup | C2, C3, C4 | PG, Uraian | 3 | |
Menyimpulkan perbedaan antara kebutuhan dengan keinginan | C3, C5 | PG Uraian | 2 | |
II | Menentukan sistem jual beli sebelum mengenal uang | C3, C5, C5 | PG, Uraian | 3 |
Menganalisis fungsi uang | C2, C3, C3 | PG, Uraian | 3 | |
Menyimpulkan jenis – jenis uang | C5 | Uraian | 1 |
Tabel 3. 5 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar IPS Siklus II Pertemuan 1 dan 2
Pertemuan | Tujuan Pembelajaran | Jenjang Kognitif | Bentuk soal | Jumlah soal |
I | Menentukan ciri - ciri jual beli | C2, C3, C5 | PG | 5 |
Menelaah jenis barang yang dapat diperjual belikan | C2, C3, C5 | PG | 5 | |
II | Menentukan ciri - ciri kegiatan ekonomi | C4, C5 | PG | 6 |
Menyimpulkan jenis kegiatan jual beli | C3, C5 | PG | 4 |
D. Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes evaluasi materi IPS tentang berbagai jenis kebutuhan manusia. Sedangkan data kualitatif diperoleh dari hasil observasi dan wawancara. Data kuantitatif dianalisis dengan teknik deskriptif komparatif, yaitu membandingkan hasil hitung dari statistik deskriptif pada setiap siklus. Proses analisis data menggunakan teknik analisis kualitatif deskriptif sesuai dengan model analisis data menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2016: 246) dengan tahap sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan kegiatan menyeleksi data sesuai dengan fokus permasalahan. Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan yaitu data hasil belajar siswa dan data hasil observasi.
2. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dengan menyusun kumpulan informasi yang diperoleh dari tahap reduksi sehingga dapat ditarik kesimpulan mengenai fakta yang ada di lapangan dan tindak lanjut serta solusi dalam penelitian. Penyajian data dapat disajikan dalam bentuk narasi, grafik, tabel dan matrik.
3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi Data
Penarikan kesimpulan merupakan tahap terakhir dari teknik analisis data yang dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara, kesimpulan revisi, dan seterusnya sampai pada kesimpulan akhir yang objektif dan valid.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hal tersebut sesuai pendapat Kurt Lewin (Arikunto, 2013: 131) langkah penyatakan bahwa ada empat langkah penelitian tindakan kelas yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, yaitu siklus I, siklus II dan sampai siklus yang tidak terbatas. Pada siklus I dan siklus II masing-masing dilakukan dalam 2 pertemuan. Apabila dalam siklus II target pembelajaran belum tercapai, maka peneliti akan melanjutkan ke siklus selanjutnya.
Pada bagan modifikasi alur penelitian tindakan kelas di atas, terlihat bahwa terdapat tiga siklus yang tiap siklusnya terdiri dari dua pertemuan. Berikut merupakan uraian tahapan pelaksanaan penelitian:
1. Siklus I
a. Perencanaan
Tahap perencanaan yang akan dilakukan pada siklus I yaitu: (1) meminta izin kepada kepala sekolah SDN Balirejo, (2) meminta izin kepada guru kelas IV mengenai rencana penelitian, (3) menentukan waktu, (4) menentukan observer, (5) menyusun skenario pembelajaran beserta MODUL AJAR, (6) menyiapkan lembar observasi, (7) mempersiapkan media pembelajaran, (8) menyiapkan alat dokumentasi.
b. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan guru mengajar sesuai dengan MODUL AJAR yang telah dirancang oleh peneliti dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL). Setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Materi yang disampaikan guru pada siklus I pertemuan I yaitu berbagai jenis kebutuhan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Siklus I pertemuan II membahas tentang sistem barter dan uang.
c. Observasi
Tahap ini dilakukan oleh observer selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan oleh peneliti. Jumlah observer dalam penelitian ini adalah dua orang. Selain informasi dari observer. Hal ini dilakukan untuk mengetahui ketercapaian siswa yang akan digunakan sebagai bahan untuk mengadakan refleksi dalam penyusunan rencana tindakan selanjutnya.
d. Refleksi
Tahap ini dilakukan oleh peneliti, guru kelas, dan observer berdasarkan data hasil observasi pelaksanaan pembelajaran. Hasil refleksi pada siklus I akan digunakan sebagai acuan dalam merencanakan pelaksanaan siklus II.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus ini hampir sama dengan siklus I, yang perlu disiapkan yaitu: (1) MODUL AJAR, (2) media pembelajaran, (3) lembar observasi dan wawancara. Pada siklus II ini dirancang sesuai dengan refleksi siklus I.
b. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan pada siklus II ini merupakan perbaikan dari pelaksanaan siklus I dengan mengacu kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I. Guru melaksanakan kembali pembelajaran sesuai dengan MODUL AJAR yang telah dibuat oleh peneliti. Materi yang disampaikan guru pada siklus II pertemuan I yaitu berbagai kegiatan jual beli dalam kehidupan sehari-hari. Siklus II pertemuan II membahas tentang kegiatan ekonomi.
c. Observasi
Tahap ini dilakukan oleh observer selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan oleh peneliti. Jumlah observer dalam penelitian ini adalah dua orang hal ini untuk mendapatkan informasi tentang berjalannya kegiatan pembelajaran. Hasil dari tahap ini akan digunakan sebagai bahan untuk mengadakan refleksi dalam penyusunan rencana tindakan selanjutnya.
d. Refleksi
Peneliti dan guru melaksanakan analisis kelebihan dan kekurangan dari tindakan yang telah dilakukan. Pembelajaran semakin membaik pada tiap siklus. Nilai tes hasil evaluasi siswa mengalami peningkatan dari siklus I, dan II sehingga kriteria keberhasilan dalam penelitian ini dapat tercapai dan penelitian dihentikan pada siklus II. Pada tahap refleksi ini dilakukan peninjauan terhadap tindakan di siklus II.